SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Pada musim ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep terbilang berhasil dalam menekan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan data pada tahun 2015 lalu, jumlah penderita DBD sebanyak 1500 pasien, 20 di antaranya tidak bisa diselamatkan. Tetapi berkat keseriusan Dinkes memerangi penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu, penderita DBD tahun ini hanya 400 pasien saja, dan baru 3 di antaranya yang dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga: Daerah Endemis Kusta Dapat Bantuan Sumur Air Tanah
Kepala Dinkes Kabupaten Sumenep, dr. Fatoni, mengaku cukup bersyukur dengan penurunan drastis jumlah penderita DBD itu. Ia mengungkapkan, untuk menekan jumlah penderita DBD itu di antaranya memberikan pelatihan kepada petugas medis seperti dokter, bidan dan perawat. Pelatihan itu dalam rangka memenuhi standart operasional dengan mendatangkan ahli penyakit menular, khususnya DBD, dari Universitas Airlangga Surabaya.
“Kemampuan ini penting dimiliki petugas, karena berkaitan dengan kinerja,” papar Fatoni, Jum’at (11/3).
Selain itu, kata Fatoni, yang dilakukan Dinkes adalah merencanakan penatalaksanaan DBD. Hal itu mencakup tempat tidur pasien di Puskesmas, lalu perencanaan obat-obatan dan cairan yang diperlukan. Di sektor obat-obatan ini, Fatoni mengklaim hanya di Kabupaten Sumenep yang memiliki, daerah lainnya belum ada.
Baca Juga: Siswa Penderita Tumor Tulang Ganas di Sumenep Divonis Dokter tak Bisa Diselamatkan
Sementara bentuk perencanaan lainnya adalah melakukan promotif-preventif. Promotif pencegahan itu dilakukan dengan menggandeng berbagai media massa dalam rangka penyuluhan kepada masyarakat luas. Sementara bentuk preventifnya adalah membekali masing-masing Puskesmas dengan dua alat fogging.
Kebijakan lainnya yang dilakukan Dinkes, lanjut Fatoni, adalah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan penurunan jumlah penderita DBD. Bentuknya adalah jika ada pasien yang mengalami panas badan, langsung dilakukan uji laboratorium. Ini dilakukan agar pasien itu segera diketahui positif DBD atau tidak.
Selain itu, kegiatan fogging tidak harus menunggu adanya pasien positif DBD. Tapi saat menemukan jentik nyamuk, langsung dilakukan fogging setelah diminta oleh masyarakat.
Baca Juga: Ambulans di Pulau Gili Raja Tak Difungsikan Maksimal
Dan kebijakan terakhir adalah mengaktifkan kader jumantik (juru pemantau jentik, red) yang digerakkan oleh petugas medis di tiap desa, sehingga tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk terus dibersihkan agar bebas dari virus DBD.
“Alhamdulillah, upaya kami dalam menekan jumlah penderita DBD berhasil,” pungkas mantan Sekretaris Dinkes Kabupaten Sumenep itu. (adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News