Cegah Sikap Ekstrim, Garda Bangsa Gelar Lomba Kitab Kuning di 20 Provinsi

Cegah Sikap Ekstrim, Garda Bangsa Gelar Lomba Kitab Kuning di 20 Provinsi KH. Maman Imanulhaq

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Khazanah keilmuan pesantren diharapkan mampu menjadi benteng terkokoh dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari pemahaman keagamaan yang eksklusif dan ekstrims.

Salah satunya khazanah kelimuan tersebut adalah kitab kuning karya Imam Al Ghozali yakni kitab Ihya Ulumudin. Untuk itu DPP PKB melalui organisasi sayapnya Garda Bangsa bakal menggelar Musabaqoh kitab kuning tersebut pada 1-13 April mendatang di 31 pondok pesantren yang tersebar di 20 provinsi.

Demikian hal itu diungkapkan oleh KH. Maman Imanulhaq, Ketua Steering Commitee (SC) Musabaqoh Kitab Kuning di Kantor DPP PKB Jakarta Pusat, Senin (21/3) sore kemarin.

Kyai Maman menegaskan jika tradisi (al-turâts) khas atau khazanah kejiwaan (makhzun al-nafs) yang dimiliki pesantren telah mampu melahirkan pemikiran yang progresif-transformatif dalam upaya membangun masyarakat.

"Pesantren acapkali bersifat fleksibel dan toleran sehingga jauh dari watak radikal, apalagi ekstrem dalam menyikapi masalah sosial, politik, maupun kebangsaan," ungkap Anggota Dewan Syuro PKB itu.

Karena punya watak dan tradisi yang fleksibel dan toleran itulah, ujar Kyai Maman, pesantren mampu menjembatani problem keotentikan dan kemodernan (musykilah al-ashalah wa al-hadatsah) secara harmonis.

"Tradisi itu harus dipertahankan agar pesantren mampu terus eksis memperjuangkan tujuan dasar Syariat Islam (maqâshid al-syari‘at), yakni menegakkan nilai dan prinsip keadilan sosial, kemaslahatan umat manusia, kerahmatan semesta, dan kearifan lokal," jelas Kyai Maman.

Syariat Islam yang dimaksud, kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi itu, adalah yang sejalan dengan kehidupan demokrasi dan mencerminkan karakter genuine kebudayaan Indonesia sebagai alternatif dari tuntutan formalisasi Syariat Islam yang kaffah pada satu sisi, dengan keharusan menegakkan demokrasi dalam nation-state Indonesia pada sisi lain.

"Dengan modal tradisi yang fleksibel dan toleran, sejak lima ratus tahun lalu, pesantren mampu memainkan berbagai peran penting keagamaan dan kebangsaan", pungkas Kyai Maman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO