SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Selain aksi doa dan baca puisi, peringatan 10 tahun lumpur Lapindo, Senin (30/5) juga diwarnai aksi seni Instalansi bertajuk GOMBAL yang dilakukan Dadang Christanto, perupa asal Tegal yang bermukim di Australia.
Aksi seni instalansi ini, Dadang menancapkan kain bekas, memakai 300 tiang bambu, di kolam lumpur titik 71 di Desa Ketapang Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. "GOMBAL ini simbol bahwa masih banyak masyarakat di Indonesia yang termarjinalkan, terpinggirkan," cetus perupa berusia 59 tahun ini.
Baca Juga: 5 Dari 11 Terdakwa Kasus Korupsi Lumpur Lapindo Sidoarjo Diminta Ganti Rugi, Kok Bisa?
Katanya, GOMBAL merupakan cerminan warga marginal, yang kehidupannya tersisih dari masyarakat lainnya. "Namun ingatlah kepada mereka yang GOMBAL ini," beber perupa yang "hijrah" ke Australia sejak tahun 2009 silam.
Kenapa Instalansi GOMBAL digelar di kolam lumpur, Dadang menyebut karena kehidupan warga terdampak Lumpur Lapindo, yang paling ekstrim. "Sebab selain dampak ekonomi, ada dampak sosial, politik, psikologis akibat lumpur," cetus perupa yang menggelar seni instalansi bertajuk Survivor, memasang 110 patung manusia, di kolam tanggul lumpur titik 21, di Desa Siring, Porong, saat 8 tahun lumpur Lapindo, 29 Mei 2014 lalu.
Dadang menyebut, seni instalansi ini juga berkolaborasi dengan warga terdampak lumpur Lapindo, karena sebagian besar kain bekas yang dipasang, sumbangan dari warga. "Pakaian-pakaian bekas ini sumbangan dari warga terdampak lumpur Lapindo," tandas Dadang yang juga turut aksi warga berdoa dan berpuisi. Selain dia, ada juga Wardah Hafidz, aktivis LSM Urban Poor Concorsium (UPC). (sta/rev)
Baca Juga: 17 Tahun Lumpur Lapindo, Korban Berharap Ada Bacapres yang Komitmen Membantu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News