SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Beragam elemen masyarakat menghadiri Haul Satu Tahun wafatnya KH Abdy Manaf, mantan Ketua PCNU Sidoarjo dua periode, di kompleks Ponpes Al Chusnaini, di Desa Kloposepuluh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Minggu (26/6) malam.
Selain para anggota DPRD Sidoarjo yang notabene kolega Ketua DPRD Sidoarjo, H Sullamul Hadi Nurmawan, yang juga salah satu putra almarhum KH Abdy Manaf, doa tahlil dan ceramah agama ini dihadiri sejumlah kiai sepuh, di antaranya KH Salman Krian, KH Hamim Luqman Jabon, KH Asmuni Umar Jabon, dan KH Ridloi Porong.
Baca Juga: Polisi Dalami Anak Bunuh Ibu di Sidoarjo
Selain itu, hadir para pengurus NU, aktivis parpol, kepemudaan, LSM, hingga para birokrat di lingkungan Pemkab Sidoarjo. Ada juga wakil dari manajemen Lapindo Brantas Inc (LBI).
Para petinggi Kabupaten Sidoarjo juga tampak mengikuti kegiatan haul tersebut, yakni Bupati Sidoarjo H Saiful Ilah, Wabup H Nur Ahmad Syaifuddin, Kapolres Sidoarjo AKBP Moh Anwar Nasir dan Dandim 0816 Sidoarjo Letkol (Inf) Andre Julian. "Terima kasih atas kehadiran para kiai, bapak dan ibu sekalian," cetus H Abu Hamid, adik almarhum KH Abdi Manaf, kala sambutan mewakili keluarga.
Selain doa tahlil, haul juga mengundang KH Prof Dr Ali Maschan Moesa, mantan Ketua PWNU Jawa Timur, untuk memberikan tausiah agama.
Baca Juga: Jenazah Perempuan Gegerkan Warga Waru, Diduga Tewas Dibunuh Anaknya
Dalam ceramahnya, Ali Maschan Moesa menyampaikan pentingnya pendekatan budaya dan suri tauladan atau Uswatun Chasanah dalam menjalankan hidup beragama.
"Berdasarkan informasi berbagai lembaga survei, orang yang mengaku berlatar belakang Nahdliyin atau NU semakin meningkat. Hal ini terjadi karena NU dalam keberagamaannya memelihara tradisi yang ada di masyarakat, sebagaimana dahulu para Wali Songo sukses dengan pendekatan budayanya," cetus Ali Maschan Moesa.
Menurutnya, ajaran tradisi NU inilah yang justru mampu menjawab kegagalan modernitas yang positivistik, dan kosong atau hampa pada sisi spiritualitas kehidupan. Meski NU pernah dihantam kanan kiri, dibid'ah-bid'ahkan namun waktulah yang menunjukkan kaum Nahdliyin justru makin meningkat.
Baca Juga: 5,9 Juta Batang Rokok Ilegal Senilai Rp8,25 M Dimusnahkan Bea Cukai Sidoarjo
Selain pentingnya pendekatan budaya yang bermuara pada tradisi, salah satu kekuatan Nahdliyin adalah pentingnya Uswatun Hasanah atau suri tauladan. Suri tauladan, menjadi transmisi terpeliharanya ajaran, tradisi dan eksistensi organisasi NU.
"Apa yang dicapai Sullamul Hadi Nurmawan merupakan hasil dari suri tauladan almarhum Kiai Abdy Manaf. Dan saya yakin, suri tauladan yang dimiliki oleh orang tua almarhum-lah yang diteruskan oleh almarhum Kyai Abdy Manaf," jlentrehnya.
Kata Ali Maschan Moesa, perlu belajar banyak pada almarhum KH Abdy Manaf utamanya terkait suri tauladan yang dipegang oleh almarhum semasa hidupnya. (sta/rev)
Baca Juga: Sidang Lanjutan Bupati Nonaktif Sidoarjo, Penasihat Hukum Klaim Puluhan Saksi Tak Berhubungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News