PEKALONGAN, BANGSAONLINE.com - KH Ahmad Hasyim Muzadi, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang Jawa Timur dan Depok Jawa Barat, menegaskan bahwa dunia Islam sekarang terbelah menjadi dua kekuatan. Yaitu kekuatan Syiah yang dipimpin oleh Iran dan kekuatan Wahabiyah Salafiyah yang dipimpin oleh Arab Saudi. Mereka saling berebut pengaruh sehingga menimbulkan konflik bahkan perang di luar areal kedua negara tersebut.
”Posisi Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) di dunia yang sesungguhnya mayoritas dalam jumlah berubah menjadi ajang perebutan pengaruh baik ideologi, politik, maupun financial,” kata Kiai Hasyim Muzadi dalam Konferensi Internasional yang digelar Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia dan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Pekalongan, Jateng 27-28 Juli 2016. Konferensi Internasional yang dihadiri para ulama, mufti dan intelektual muslim dari 40 negara ini bertema Bela Negara, Konsep dan Urgensinya dalam Islam.
Baca Juga: Hadiri Halaqah Pesantren Al-Hikam, Ketua Wantimpres Bersyukur Dekat Kiai Hasyim Muzadi
Menurut Kiai Hasyim, Aswaja seakan menjadi ring pertikaian dari permusuhan Syiah dan Wahabi. Padahal Aswaja adalah konsep agama yang secara ilmiah dan amaliyah melalui jalur wasatiyah dan tidak menyiapkan diri untuk menyerang siapapun yang mempunyai manhaj lain.
“Sehingga ketika terjadi himpitan-himpitan dari kekuatan agresif ini kaum suni jadi kedodoran,” tegas Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) dan mantan ketua umum PBNU itu.
Pertarungan dari dua kubu besar tersebut – menurut Kiai Hasyim Muzadi - dalam kenyataan prosesnya selalu dimanfaatkan oleh kepentingan global yang mengambil keuntungan dalam mengaduk-aduk kondisi umat Islam. Sehingga terjadilah pertikaian bahkan peperangan.
Baca Juga: Penganut Wahabi Ingin Kalahkan Kiai Asep, Minta Doa Kaya dan Sukses, Janji Istiqomah di NU
”Pertikaian yang asalnya firqoh diniyah berkembang menjadi pertikaian politik dan ekonomi global yang semakin sulit diselesaikan,” kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu.
Kenyataan ini – tegas dia - sangat memprihatinkan. Ia mensinyalir bawha konflik adu domba ini bisa jadi masuk ke Indonesia akibat dua faktor besar.
”Pertama, Indonesia sebagai negara Muslim Sunni terbesar di dunia dapat diperhitungkan sebagai lahan sasaran. Kedua, faktor sumber daya alam Indonesia yang terkaya dan terbesar di dunia,” katanya.
Baca Juga: Ribuan Massa Geruduk Polres Pamekasan Tuntut Penjarakan Ustadz Yazir
Menurut dia, tanda-tanda konflik di dalam Islam sudah mulai terasa dilanjutkan dengan konflik lintas agama yang akhirnya menjadi konflik agama dan negara.
”Reformasi Indonesia sejak amandemen UUD 1945 tahun 2002 memudahkan masuknya anasir-anasir konflik tersebut karena keterbukaan Indonesia yang sangat luas baik menyangkut ideologi, agama, politik, hukum, pendidikan dan budaya. Oleh karenanya kasus-kasus konflik tersebut menyangkut juga konflik kawasan seperti rawannya situasi keamanan Papua dan di lingkar perbatasan Indonesia,” tegas Kiai Hasyim Muzadi.
Untuk menanggulangi masalah-masalah berat tersebut, menurut Kiai Hasyim Muzadi, haruslah dengan penguatan Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah, tata organisasi NU, dan peranan NU pada tingkat nasional dan internasional. Sayangnya, di kalangan umat nahdliyin sendiri sudah mulai digerogoti oleh ideologi lain dan menurunnya peranan NU.
Baca Juga: Diberi Mandat PCNU, Ansor Pamekasan Polisikan Ustaz Yazir atas Dugaan Ujaran Kebencian
Karena itu ia berharap jangan sampai NU dilemahkan lewat penyusupan ideologi lain yang sedang bertikai di dunia tersebut serta parpolisasi NU yang akan memperkecil peranan NU itu sendiri.
Selainitu, kata Kiai Hasyim Muzadi, penanggulangan penyakit-penyakit bangsa seperti narkoba, terorisme, LGBT, korupsi, dan neokomunisme, harus benar-benar diperhatikan. Sebab kalau tidak berhasil ditanggulangi maka akan runtuhlah nasionalisme Indonesia dan bahkan berganti penguasaan asing terhadap Indonesia. Ironisnya, dalam kondisi tantangan yang semakin berat, NU justeru menjadi semakin lemah. (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News