TUBAN, BANGSAONLINE.com - Keberadaan flare milik JOB-PPEJ di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban ternyata tidak hanya menimbulkan udara panas dan suara bising. Namun, adanya flare tersebut juga berdampak terhadap hasil pertanian di Desa Rahayu, Kecamatan Soko.
"Benar sejak adanya flare JOB-PPEJ beroperasi, hasil pertanian di wilayah sekitar Rahayu terus menurun," ungkap Kepala Desa Soko, Sukisno kepada BANGSAONLINE.com, Minggu (14/8)
Baca Juga: Gantikan JOB P-PEJ, Pertamina EP Asset 4 Operatori Lapangan Migas Sukowati
Ia menjelaskan, biasanya lahan 1 hektar menghasilkan 7 ton, namun kini hanya bisa mendapat sekitar 5 ton. Sedangkan, untuk pelaksanaan panen yang semulanya berjarak 3 bulan sekali, sejak adanya dampak flare harus mundur menjadi 4 bulan sekali.
"Jika dirata-rata setiap kali panen, hasilnya menurun 20 persen," tambah Sukisno.
Dari dampak itu, Sukisno berharap JOB-PPEJ segera memberikan ganti rugi atau dana kompensasi kepada warga. Selanjutnya, pihak perusahaan segera memberikan dana kompensasi yang sudah nunggak sejak Januari 2016 lalu.
Baca Juga: JOB PPEJ Fasilitasi Pelajar SMKN 5 Bojonegoro Praktek UKK
"Mulai Januari sampai Juli 2016 ini kami tidak diberi kompensasi," akunya.
Terkait hal itu, Field Manager, Sugeng Setiono, meminta pada warga agar membuktikan jika flare berdampak pada pertanian. "Dibuktikan saja, jika berdampak perusahaan pasti perusahaan akan bertanggung jawab. Tetapi selama ini dampak itu belum ada," pungkasnya.
Sementara Ketua Komisi B DPRD Tuban, Karjo, berharap JOB-PPEJ dan SKK Migas segera mencairkan dana kompensasi tersebut. Pihaknya mengaku telah mengirim surat rekomendasi pada SKK Migas sebagai bahan pertimbangan.
Baca Juga: JOB P-PEJ Bantu SMK Migas Bojonegoro Gelar UKK
"Kami juga akan mendatangi kantor SKK Migas guna menindaklanjuti pencairan dana kompensasi warga," terangnya. (wan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News