Kecewa Mega Dukung Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP, juga Muncul Cap Jempol Darah

Kecewa Mega Dukung Ahok, Boy Sadikin Mundur dari PDIP, juga Muncul Cap Jempol Darah Boy B Ali Sadikin. foto: rmol.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Boy B Sadikin, mantan ketua DPD DKI Jakarta, mengirimkan surat pengunduran diri dari keanggotaan . Surat itu ditujukan langsung kepada Megawati Soekarnoputeri sebagai ketua umum DPP .

Ia mundur dari keanggotaan diri karena kecewa dengan keputusan Mega yang memilih sebagai calon Gubernur dalam Pilkada 2017.

Baca Juga: Hartono dari Fraksi PDIP Resmi Jabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto 2024-2029

Dalam surat yang diedarkan kepada wartawan ia menyebut tiga alasan. “Aspirasi saya tentang Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta berbeda dengan keputusan Ketua DPP PDI Perjuangan,” demikian poin pertama yang tertulis dalam surat pengunduran dirinya yang diterima bangsaonline.com hari ini, Kamis (22/9/2016).

Menurut dia, perbedaan tersebut bisa berakibat negatif pada keutuhan partai. "Perbedaan tersebut pada hemat saya akan berakibat negatif pada keutuhan dan soliditas PDI-Perjuangan dalam menghadapi Pilkada DKI 2017," seperti tertulis dalam surat bertanggal 21 September 2016 itu.

Boy pernah menjabat Wakil Ketua DPRD DKI pada tahun 2013. Ketika menjabat Ketua DPD ia berbeda sikap dengan anggota DPRD dari Fraksi yang dipimpinnya, terutama soal reklamasi. Ia selalu membela rakyat kecil yaitu para nelayan, sedang para anggota DPRD dari justeru ikut arus reklamasi yang menguntungkan para konglomerat.

Baca Juga: Pascaputusan MK, PDIP Gresik Minta Bawaslu Tindak Pejabat dan TNI-Polri Tak Netral di Pilkada 2024

"Saya selalu berpikir bagaimana nasib nelayan kalau reklamasi ini ada. Coba saja tanya nelayan hasil melautnya berapa, bagaimana kalau reklamasi jadi dilakukan? Saya sejak dulu menolak reklamasi," ujar Boy di kediamannya yang juga rumah mantan Gubernur DKI Ali Sadikin di Jalan Borobudur, Menteng saat itu.

Ia sempat mengingatkan para anggota DPRD dari . “Kalian balik dong ke asal kalian, itu bukan seperti ini. Patai kita mempehatikan rakyat kecil,” katanya saat itu.

Boy menyatakan, ia tidak sepaham dengan keputusan Megawati bukan karena isu SARA yang disebut-sebut menjadi alasan ketidak sukaannya dengan . Boy mengaku tidak menyukai karena pribadi dan gaya kepimpinan yang dimiliki mantan Bupati Belitung Timur itu. "Dia () itu suka menuduh orang rasis ke dia, padahal dia sendiri yang memulai," katanya.

Baca Juga: Umroh Pakai Hijab, DPR RI Minta Selebgram Transgender ini Ditangkap

Selain itu, Boy mengaku tidak ingin menjadi beban bagi PDI Perjuangan dan ingin menyalurkan aspirasinya secara bebas. Disinggung terkait jawaban partai atas suratnya, Boy mengatakan ia tidak menunggu jawaban. Menurutnya, keanggotannya gugur setelah dia mengundurkan diri. "Kali ini saya enggak butuh jawaban. Mengundurkan diri ini hak saya, direspons atau tidak ya enggak ada masalah," ujarnya seperti dikutip tempo.co.

Penolakan terhadap memang kian besar. Kelompok Indonesia Bergerak melakukan aksi demonstrasi menolak kepemimpinan di depan Patung Kuda, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, hari ini, Kamis, 22 September 2016.

Dalam aksinya, 44 orang itu membubuhkan cap jempol dengan darah mereka sebagai bentuk protes dan penolakan terhadap . "Kami percaya, bahwa darah kami tidak sebanding dengan penderitaan dialami oleh rakyat Rawajati. Darah kami mungkin tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami warga Luar Batang, tidak sebanding dengan penderitaan oleh rakyat seluruh Jakarta yang mengalami penggusuran," kata Tino Rahardian, juru bicara aksi itu.

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Sampaikan Bela Sungkawa Atas Wafatnya Agus Sunoto Imam Mahmudi

Menggunakan sebuah fulpen insulin, mereka menyuntik jempol tangan lalu satu persatu membubuhkan cap di selembar kanvas bertuliskan 'Jempol Darah Tolak .' Tak lupa mereka membubuhkan tanda tangan masing-masing.

Dalam aksi mulai pukul 10.30 WIB tadi, para demonstran juga membawa spanduk berisi penolakan terhadap karena kepemimpinannya tak peduli kepada rakyat kecil.

Tino menerangkan, mengatakan mereka merupakan perwakilan seluruh kecamatan di Jakarta. "Kami datang dengan 44 orang, mewakili 44 kecamatan," kata dia. Hanya kecamatan dari Kepulauan Seribu yang tidak datang.

Baca Juga: Pemilih PDIP dan Demokrat di Jombang Terbelah, Dukung Warsubi-Salman pada Pilkada 2024

"Kami agak kesulitan menjangkau Kepulauan Seribu, kami belun bisa menghadirkan mereka," ujar Tino. Kecaman dari pendemo terkait kebijakan menggusur pemukiman penduduk Jakarta. Ia menilai kebijakan yang dibuat lebih banyak merugikan masyarakat. Selain itu, ia menuding juga merupakan pemimpin yang sara dan pemicu konflik. Karena itu, dalam aksi mereka menyerukan warga Jakarta agar menolak kepemimpinan .

"Mau muslim atau nonmuslim, Budha, Cina, Amerika yang sudah berdomisili di Jakarta, ayo bersama sama kita menolak ," kata Tino. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Kembalikan Formulir Bacabup ke PDIP Situbondo, Rio Patennang Berharap Wakilnya dari PDIP':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO