BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Warga yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro terpaksa melakukan panen dini padi mereka. Hal ini setelah air sungai terpanjang di pulau Jawa itu menggenangi tanaman mereka sejak kemarin. Pantauan di lokasi, para warga tampak berburu-buru karena terus dikejar air, Rabu (12/10).
Beberapa desa di bantaran Bengawan Solo yang melakukan panen padi dini di antaranya Pomahan, Karangdayu dan Kauman, Kecamatan Baureno. Selain itu Desa Temu, Kedungarum, Pucangarum dan Pilang, Kecamatan Kanor juga melakukan panen dini.
Baca Juga: Rawan Banjir, 4 Kecamatan di Bojonegoro Ditetapkan Kampung Siaga Bencana
Ratusan warga terburu-buru menebas padi mereka yang masih hijau dengan sebilah celurit. Setelah potongan padi terkumpul, kemudian dibawa ke dataran tinggi untuk dirontokkan dengan mesin grantek.
Menurut Kamsun, salah satu petani di Desa Kedungarum, air yang merendam tanaman padinya mulai tadi malam sekitar pukul 23.30 WIB. Air meluber dari sungai apur ingas yang tanggulnya jebol. "Kali apur ingas sedang meluap karena luberan dari sungai Bengawan Solo," ujarnya.
Menurut dia, idealnya tanaman padinya juga milik petani lainnya baru bisa dipanen seminggu lagi. Sebab, bulir padi masih banyak yang hijau. Bahkan, milik petani lainnya masih rata yang hijau tetapi terpaksa dipanen.
Baca Juga: Pemkab Dituding Tak Peka, Peneliti Lingkungan Sebut Bojonegoro Sedang Krisis Iklim
"Daripada nanti tidak panen mas, karena air cepat sekali naiknya. Terendam dua hari saja nanti sudah busuk buahnya," tambahnya.
Bahkan, ratusan hektare padi milik warga di beberapa desa di bantaran Sungai Bengawan Solo banyak yang dikorbankan tenggelam. Sebab, saat hendak dipanen sudah tidak terlihat buah padinya, karena terendam air. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News