Kapolri Tegaskan Siap Bersinergi dengan Muslimat dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Kapolri Tegaskan Siap Bersinergi dengan Muslimat dalam Menjaga Keutuhan NKRI Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat memberikan paparan dalam dialog “Peran Polri dalam Menjaga Stabilitas Negara”

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Kapolri Jenderal menghadiri Kongres Muslimat NU XVII yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (25/11). Kapolri hadir dalam rangka memenuhi undangan sebagai narasumber dalam salah satu materi tentang “Peran Polri dalam Menjaga Stabilitas Negara”.

Diskusi tersebut dipimpin Yenny Wahid sebagai moderator didampingi Khofifah Indar Parawansa selaku Ketua Umum PP Muslimat NU. Saat membuka diskusi, Yenny Wahid sempat berseloroh bahwa pangkat Kapolri masih kalah dengan Nahdlatul Ulama (NU). “Kalau NU bintangnya Sembilan, Kapolri cuman empat,” canda putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Baca Juga: Mitigasi Narkoba dan Judol, Kongres XVIII Muslimat NU Hadirkan Mensos Gus Ipul Sebagai Pembicara

“Untuk itu jika Pak Kapolri ingin bintangnya naik harus masuk NU,” imbuh Yenny.

Menanggapi ucapan Yenny ini, Kapolri yang mendapat kesempatan berbicara menyampaikan bahwa di dalam dirinya memang masih mengalir darah NU. Sebab, kakeknya merupakan asli orang Surabaya dan pernah mondok di Ponpes Tebuireng.

“Jadi saya boleh Komandan, Kapolri, tapi kakek saya itu anak buahnya mbahnya mbak Yenny (KH. Hasyim Asyari -pendiri Nahdlatul Ulama dan Ponpes Tebuireng-),” ujar Kapolri disambut tawa peserta Kongres.

Baca Juga: Ditanya Soal Bupati Sidoarjo, Medagri: Dia Akan Dinonaktifkan

Kapolri dalam kesempatan itu mengucapkan selamat kepada Khofifah yang terpilih lagi sebagai Ketua Umum Muslimat NU. Ia juga mendoakan agar Kongres berjalan sukses dan lancar hingga penutupan. “Muslimat bukan hanya untuk NU, tapi juga untuk bangsa Indonesia,” tegas Kapolri.

Dalam paparannya, Kapolri mengajak para ibu-ibu Muslimat untuk ikut menjaga keutuhan NKRI dan stabilitas Negara. Sebab Indonesia sedang menghadapi tantangan-tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.

Dari luar negeri, Tito mengungkapkan saat ini dunia sedang menghadapi demokrasi liberal. “Ini yang mungkin sedang kita alami sekarang,” cetus mantan Kepala Densus 88 ini.

Baca Juga: Resmi Jabat Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono Siap Tancap Gas Tingkatkan Capaian Pembangunan

Menurut Tito, dunia pasca runtuhnya Uni Soviet dan pecahnya Negara Balkan mengalami anarki. Maksudnya, dunia sedang mengalami kekacauan akibat tidak adanya otoritas tunggal yang menguasai.

“Saat ini gak ada Negara dunia, presiden dunia. Ada PBB, tapi hanyalah organisasi koordinasi Negara-negara yang tidak bisa memaksa Negara-negara ataupun warga Negara dunia. Jika seperti ini, maka dunia berlaku, siapa yang kuat, dia yang menang,” tandas Tito.

Inilah yang membuat terjadinya pertarungan antar Negara. “Otomatis jika satu Negara menguasai Negara lain, maka ia bisa memaksakan agenda-agenda miliknya baik itu politik atau ekonomi dan lain-lain seterusnya,” jlentreh mantan Kapolda Metro Jaya.

Baca Juga: Jawa Timur Raih Penghargaan Pemerintahan Provinsi Terinovatif di IGA Kemendagri 2023

Sementara tantangan dari dalam negeri, Tito mencontohkan bagaimana saat ini masyarakat bisa berpendapat sebebas-bebasnya di media sosial. Padahal, dampak dari kebebasan ini sangat berbahaya.

Selain itu, saat ini juga mulai berkembang ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Tito mencontohkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah jelas ideologinya bertentangan dengan Pancasila. “Mereka ingin mendirikan khilafah mereka sendiri, yang akan men-challenge, menantang Pancasila, sistem NKRI yang ditegakkan salah satunya oleh nahdlatul ulama,” tegas Tito.

Untuk itu, Tito mengajak masyarakat memperkuat dan menegakkan sistem hukum. Selain sistem hukum, ia juga mengajak memperkuat sosio kultural, yakni pendekatan dengan mengidentifikasi potensi-potensi konflik yang ada. Konflik-konflik tersebut, lanjutnya, harus diselesaikan sedini mungkin.

Baca Juga: Sidoarjo Raih Penghargaan Pemda Kinerja Terbaik Nasional, Gus Muhdlor: Kawal Terus Kinerja Pemkab

“Kalau kita bertindak represif, habis kita. Jadi kita harus bertindak proaktif. Ada potensi-potensi konflik agama, suku dan lainnya, harus cepat kita selesaikan,”.

Tito dalam kesempatan itu juga mengapresiasi peran tokoh-tokoh agama yang membantu dalam menyelesaikan konflik-konflik tertentu, khususnya konflik agama yang menyangkut kepercayaan terhadap tuhan.

Di akhir paparannya, Kapolri mengaku siap untuk bersinergi dengan program-program Muslimat dalam hal menjaga keutuhan NKRI. Menurut Tito, Polri sebagai salah satu lembaga Negara terbesar, begitu juga Muslimat yang mempunyai banyak kader dan tersebar di seluruh Indonesia, akan sangat stragegis jika saling bersinergi. “Saya berharap betul kepada Muslimat bertindak sebagai pemersatu bangsa ini,” tandas Kapolri.

Baca Juga: Mendagri Tunjuk Aries Agung Paewai Sebagai Pj Wali Kota Batu

“Saya minta seluruh warga Nahdliyin, termasuk seluruh Muslimat memperkuat barisan NU. Karena Negara ini didirikan nasionalis laskar pemuda Islam Moderat. Yang paling penting unsur Islam moderat itu adalah NU. NU bertanggungjawab dan NU terpanggil moralnya untuk menjaga persatuan-persatuan ini. Untuk Polisi dan TNI jangan ditanya lagi, kami sama-sama siap untuk mengamankan bangsa dan Negara ini,” pungkas Kapolri. (rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO