SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Sejak Menteri Kelautan dan Perikanan dijabat Susi Pudjiastuti menerapkan aturan keras, banyak pencuri ikan asing, pengusaha ikan yang terkena dampaknya. Tak terkecuali nelayan tradisional yang menggunakan jaring trawl pun kelimpungan karena dilarang. Menteri Susi memiliki kiat yang jitu untuk menjaga ekosistem dan sumber daya alam. Ikan tidak boleh dicuri dan dalam mencari ikan tidak boleh merusak lingkungan. Kiat inilah yang akhirnya memakan banyak korban namun juga menimbulkan kreativitas dalam menangkap ikan.
Ketika melakukan perjalanan lokakarya SKK Migas di Sumenep dari pelabuhan Tanjung Saronggi ke pulau Gili Labak selama 2,5 jam, di tengah laut banyak ditemukan rumah-rumah kecil yang terapung. Sejatinya hal itu adalah bagan apung, sejenis alat tangkap ikan yang terapung di tengah laut. Bagan apung ini bekerja secara pasif menarik ikan untuk masuk dalam jebakan rumah ikan.
Baca Juga: Brida Sumenep Bersama LPPM Uniba Madura Lakukan Penelitian dan Pendataan Garis Kemiskinan
Bagan apung adalah terbuat dari bambu yang disusun sedemikan rupa agar bisa mengapung di tengah laut. Rumah dibentuk dengan rangkaian bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah bagan dipasang jaring/waring. Pada keempat sisinya terdapat bambu yang menyilang agar bagan itu bisa kokoh berdiri. Di tengah tengah ada bangunan rumah sederhana berfungsi sebagi pelindung, menaruh lampu, dan melihat ikan.
“Untuk membangun rumah apung seperti itu terbilan tidak murah. Satu rumah memerlukan biaya 5-10 juta rupiah, bergantung besar kecilnya rumah yang dibangun,” ujar Muhammad Rifai, warga asli Sumenep ini berkisah.
Alat ini sangat ramah lingkungan karena terapung di tengah laut. Saat malam diberi lampu penerangan yang mengundang minat ikan teri dan lainnya untuk datang ke rumah. Setelah dirasa cukup, jaring yang terpasang di dasar laut diangkat naik secara pelan-pelan dengan menggunakan alat derek.
Baca Juga: Bangun Kabupaten Sumenep, Pemkab Libatkan Berbagai Unsur
“Selain mengandalkan lampu sebagai daya tarik, pemilik biasanya juga melakukan hal-hal supranatural untuk mengundang ikan. Ada yang islami dengan melakukan doa-doa dan cara lain yang kadang gak masuk akal,” ujar Rifai.
Meski tergolong aman dan tanpa risiko bukan berarti tidak ada kecelakaan. Dituturkan Rifai, pernah satu kali ada nelayan yang membangun rumah ikan dekat dengan jalur pelayaran. Persis saat malam rumah tersebut ditabrak kapal tangker. Rumah ikan itu pun akhirnya terseret hingga ke Pasuruan bersama penunggu yang ada di dalamnya.
Apung ini sendiri sebenarnya dikenalkan nelayan Bugis sejak beberapa tahun lalu untuk mencari ikan. Sistem yang digunakan ini lebih efektif dan ramah lingkungan. Namun dalam beberapa kasus, rumah apung bisa mengganggu jalur pelayaran atau daerah eksplorasi yang sering dijadikan alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. (nur syaifudin)
Baca Juga: Direktur Utama RSUD dr Moh Anwar Sumenep Beberkan Manfaat DBHCHT di Sektor Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News