JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Teka-teki siapa yang bakal menjadi rektor UIN Malang akhirnya terjawab sudah. Setelah sempat diwarnai berbagai “psywar’’ tentang siapa yang akan menduduki tampuk pimpinan UIN Malang, akhirnya Menag Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Dr H Abd. Haris, M.Ag sebagai rektor UIN Malang menggantikan Prof Dr Mudjia Rahardja.
Haris dilantik beberapa saat lalu Jumat (28/7/2017) di Kantor Kemenag Lapangan Banteng, Jakarta. Prof. Dr H. Abd. Haris, M.Ag, lahir di Lamongan 21 Oktober 1962. Ia menamatkan Pendidikan Dasar di kota kelahirannya (1975), MTsN di Pondok Pesantren At-Taufiq Jombang (1979), SMA di A. Wahid Hasyim Tebuireng Jombang (1982).
Baca Juga: Siapkan Lahan 3 Hektare, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tanam 1.000 Pohon
Haris juga alumni IAIN Sunan Ampel Malang pada 1986 dan 1989 (sekarang UIN Malang). Lalu mengambil S2 di IAIN Makassar (1996) dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006).
Guru besar di bidang pendidikan Islam ini pernah diamanahi sebagai Pembantu Rektor bidang administrasi, keuangan dan perencanaan IAIN Sunan Ampel Surabaya (2009-2013). Di lingkungan NU, Haris merupakan ketua LP Maarif, Jawa Timur.
Sesaat setelah dilantik menjadi rektor UIN Malang, Prof. Dr. Abdul Haris langsung mengumandangkan ukhuwah islamiyah. Haris menginginkan, kampus UIN yang berlandaskan pada Islam harus dijalankan dengan nilai-nilai Islam pula. Dia akan segera menghapus kotak-kotak yang selama ini ada, akibat adanya suksesi pemilihan rektor.
Baca Juga: Wali Kota Kediri Bagi Pengalaman Jadi Pemimpin di Usia Muda Dalam Meet The Expert
Untuk diketahui, pada pemilihan rektor (pilrek) UIN Malang, ada dua kubu besar. Yakni kubu incumbent yang menginginkan Prof. Dr. Mudjia Rahardjo terpilih lagi menjadi rektor untuk kedua kalinya.
Kubu lainnya menginginkan ada rektor baru. Kubu ini tak mempersoalkan siapapun rektor yang terpilih, asalkan jangan incumbent. Dua calon yang digadang-gadang kubu ini adalah Haris dan Prof. Dr. Khusnuridho.
Adanya kubu-kubuan saat proses suksesi rektor disadari betul oleh Haris. Hanya saja, kubu-kubuan tersebut harus segera dihapus ketika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sudah menetapkan rektornya.
Baca Juga: Prof Abdul Haris, Alumnus Tebuireng, Rektor UIN Maliki Malang yang Produktif Nulis Puisi
"Ibarat main bola, ada yang menang dan kalah. Tapi sportivitas harus dijunjung tinggi. Dan saat ini, semuanya harus dilupakan, kita harus menjalin ukhuwah islamiyah," ucap Haris, seperti dilansir Jatim Times.
Dia melanjutkan, UIN malang bisa berkembang cepat jika dijalin dengan kebersamaan, persaudaraan, dan persatuan.
"Masak kampus Islam ada kubu-kubuan, kita buat iklim ukuhuwah islamiyah di kampus Islam ini. Harus tidak ada kubu-kubuan. Ini amanah Allah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan," terangnya lagi.
Baca Juga: Di Balik Penganugerahan KH. Ma'ruf Amin sebagai Guru Besar UIN Maliki
Haris menjelaskan, di UIN Malang sebenarnya dia bukan orang asing. Sebab dia merupakan alumni UIN Malang. Hanya saja selama ini dirinya mengabdi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Karenanya, sebagai orang baru di lingkungan UIN Malang, dirinya akan segera beradaptasi dan tawadlu kepada guru-gurunya.
"Saya ini bisa dibilang orang baru. Namun, saya punya banyak guru di UIN Malang. Karenanya, di UIN Malang saya akan memposisikan diri sebagai murid," sambungnya.
Untuk program pertama yang jadi prioritasnya saat menjabat rektor UIN Malang, Haris akan memperkuat sumberdaya manusianya, baik itu dosen maupun karyawannya. "Untuk dosen yang sudah bergelar doktor (S3), diharapkan untuk segera mengajukan diri menjadi guru besar," harap dia.
Baca Juga: UIN Malang Desain Kampus Membentuk Lafal Bismilah
Seperti diketahui, saat ini UIN yang merupakan salah satu universitas terbesar di bawah naungan Kementerian Agama, sampai saat ini masih memiliki lima guru besar. Jumlah guru besar ini merupakan yang paling sedikit jika dibandingkan dengan UIN di daerah lainnya.
Bahkan dengan beberapa STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islan Negeri) ataupun IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di daerah lainnya, jumlah guru besar UIN Malang masih kalah.
Haris juga berjanji akan memperkuat kualitas mahasiswa. Sehingga out put jebolan UIN Malang bisa bersaing dalam dunia global. "Mahasiswa yang selama ini digembleng dengan mahad (belajar dengan cara menginap seperti pondok pesantren) akan diperkuat lagi keilmuannya," jelas Haris. (malangtimes.com/dur)
Baca Juga: 70 Cendekiawan Sufi dari Seluruh Dunia bakal Kumpul di UIN Maliki Malang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News