KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Sedikitnya sekitar 400 sopir truk bermuatan tebu pabrik gula di Kediri menggelar aksi mogok beroperasi. Mereka menuntut penghapusan pajak gula 10 persen dan moratorium gula impor.
Aksi mogok beroperasi ini berlangsung di sepanjang jalan raya Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri ke arah selatan, hingga perempatan Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota Kediri ke arah Surabaya.
Baca Juga: Menko Marves Resmikan Bandara Dhoho, Pemkab Kediri Dorong Percepatan Sarpras Pendukung
Aksi itu dimulai, pukul 09.00 WIB. Para sopir truk yang sedianya memasok tebu ke pabrik gula berhenti di tepi jalan. Di antaranya ke arah PG Pesantren Baru di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri dan PG Mrican di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Para sopir juga memasang banner bertuliskan tuntutan mereka. Seperti, menolak pajak gula 10 persen, perlindungan petani tebu, dan menolak impor gula.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Kediri Suprayitno mengatakan, aksi mogok beroperasi para sopir truk ini merupakan awal dari tahapan aksi secara nasional ke Istana Negara. Para petani tebu mengeluhkan pemberlakuan pajak gula 10 persen yang berimbas pada penerunan pendapatan mereka. Terlebih, kebijakan tersebut masih diperparah dengan banyaknya gula impor yang menyebabkan gula lokal tidak laku jual.
“Penerapan pajak gula 10 persen berdampak luas bagi industri gula hingga ke tingkat petani. Sopir truk pemuat tebu pun terkena imbasnya. Sebab, pendapatan para petani menurun,” ungkap Suprayitno.
Baca Juga: Lewat FinFest 2024, OJK dan Pemkot Kediri Terus Tingkatkan Literasi Keuangan Masyarakat
Anwar, petani tebu yang juga anggota APTR Kediri menuntut agar aksi mogok ini segera mendapatkan respon dari pemerintah. Sebab, bila aksi terus berlangsung, bisa mengganggu kegiatan produksi gula di pabrik. Seperti hari ini saja, pasokan tebu ke PG Mrican yang biasanya 500-600 truk per hari, sempat tersendat hingga 100 truk dalam waktu kurang lebih 2 jam.
Untuk diketahui, jumlah petani yang biasanya memasok tebu ke PG Mrican kurang lebih 200 orang. Sedangkan PG Pesantren Baru sebanyak 400 orang petani. (rif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News