BLITAR, BANGSAONLINE.com - Hingga saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar masih mencari tahu penyebab keracunan 19 siswa SD Negeri 03 Krisik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Kepala Dinkes Kabupaten Blitar Kuspardani mengatakan, pihaknya sudah mengambil semua sampel makanan yang dikonsumsi siswa hingga mengalami mual dan muntah. Sampel makanan berupa sosis, tempura dan cilot itu dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya untuk diketahui kandungannya.
Kata Kuspardani, hal itu perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti penyebab keracunan 19 siswa SD itu. Apakah karena mengkonsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan atau ada penyebab lain. "Yang pasti kita harus benar-benar mengetahui kandungan yang ada dalam makanan yang diduga menyebabkan keracunan itu, karena tidak bisa kita menuduh penjualnya kalau tidak ada bukti yang kuat," tutur Kuspardani kepada wartawan, Rabu (27/9).
Baca Juga: Puluhan Warga Selorejo Blitar Keracunan Makanan
Kuspardani menjelaskan, hasil dari pemeriksaan makanan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya diperkitakan baru akan keluar sekitar dua minggu lagi. Menurutnya, jika memang nanti hasilnya dipastikan makanan itu yang membuat 19 siswa mengalami keracunan, pihaknya akan menyerahkannya ke pihak kepolisian untuk menindak lanjutinya. "Hasilnya kita masih tunggu 2 minggunan lagi," ungkapnya.
Kuspardani menambahkan, sesuai petunjuk dari Bupati Blitar, Dinkes sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Nantinya Kepala Dinas Pendidikan akan mengumpulkan Kepala Sekolah untuk diberi masukan terkait bagaimana agar anak-anak memilih jajan yang baik dan sehat.
Sedangkan kepada para pedagang yang berjualan akan diberikan pembinaan. Karena kejadian keracunan tidak hanya sekali ini saja terjadi Kecamatan Gandusari dengan korban anak SD. Sebelumnya keracunan masal juga menimpa puluhan siswa SD Negeri 01 Krisik setelah menkonsumsi es, pada 2016 lalu.
Baca Juga: Warga Tulungagung Meninggal, Diduga Keracunan Nasi Hajatan dari Blitar
"Ke depan mungkin kita akan mencanangkan pembuatan sejenis Paguyuban, di mana paguyuban itu benar-benar mengetahui bahan yang diplih untuk pembuatan jajan, bagaimana cara memasak, serta bagaimana cara menyajikan dengan baik dan benar, karena kejadian ini kan bukan pertama terjadi," imbuhnya.
Untuk diketahui, seperti diberitakan sebelumnya sebanyak 19 siswa yang diduga mengalami keracunan mengaku merasakan mual dan pusing satu jam setelah mereka menyantap jajanan sosis, tempura dan cilot, Senin (25/9) lalu. Hal itu diakui Dela salah satu siswa SD Negeri 03 Krisik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Menurutnya, sebelum melaksnakan upacara di sekolah ia sempat jajan, dari salah satu penjual makanan yang biasa berjualan di sekolahnya. Setelah itu ia merasakan mual dan pusing namun tidak sampau muntah.
"Setelah makan masih ikut upacara, lalu langsung mual dan pusing," ungkap Dela.
Baca Juga: Gas Mesin Diesel Tewaskan Bapak dan Anak di Blitar
Beruntung dari 19 siswa yang mengalami keracunan, tidak ada yang harus menjalani rawat inap. Mereka diperbolehkan pulang untuk rawat jalan setelah diberikan obat dari Puskesmas. (blt1/tri/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News