SAMPANG, BANGSAONLINE.com - Sandhur Pantel, satu pentas tari dan nyanyian doa penuh kekuatan mistis, sampai saat ini masih dipertahankan di Kabupaten Sampang.
Sandhur ini biasanya terdapat di wilayah utara Madura, termasuk Kabupaten Sampang. Sandhur Pantel merupakan tari pemujaan serta doa dalam bentuk nyanyian dan dilengkapi dengan berbagai sesajen serta air suci.
Baca Juga: Upacara Harjad ke-494 Kabupaten Pamekasan Hadirkan Ratusan Penari Topeng Getak dan Ronggeng
Bisa dikatakan, Sandhur Pantel ini nyaris punah. Di mana muatannya, selain Islam, juga ada unsur Hindu, Budha, dan Jawa. Karenanya, syair-syair yang dilantunkan menggunakan bahasa Jawa Kuno, Madura ataupun Bahasa Arab.
Kesenian ini adalah sebuah ungkapan kekecilan dan kekerdilan serta ketidakmampuan manusia ketika menghadapi berbagai masalah, cobaan dan musibah. Sandhur pantel merupakan sebuah jembatan ketika berhubungan dengan Tuhan Penguasa alam semesta.
Bentuk kesenian ini digunakan sebagai media untuk menolak dan mengusir serta menjauhkan bencana yang berbentuk puji - pujian , rangkuman doa - doa yang diiringi nyanyian (tembang), ragam gerak tarian yang juga diiringi oleh musik. Musik ini berupa musik sandhur khas Madura. "Kesenian semacam ini sudah ada sejak zaman dulu, hal ini yang membuat masyarakat percaya dengan kesenian ini yang bertujuan menjauhkan musibah," jelas Burhan, satu petani yang ikut melaksanakan acara sandhur panthel.
Baca Juga: Pertama Kali di Pamekasan, Gebyar Musik Daul se-Pulau Madura
Sandhur Pantel dianggap mampu membuka pintu langit dan Tuhan Penguasa alam semesta akan mengulurkan kasih sayangnya.
Makna yang lebih mendalam dari pesan kesenian sandhur pantel adalah manusia haruslah menjaga keselarasan dan keharmonisan dengan lingkungan alam. Apabila manusia sudah meninggalkan dan tidak memperdulikan lagi pada lingkungan sosial maupun alam bahkan tidak ada rasa takut maupuntunduk terhadap Sang Pencipta maka akan terjadi berbagai musibah. Melakui kesenian sandhur, manusia diingatkan akan kedudukannya sebagai makhluk yang lemah. Selain itu manusia merekatkan tali ukhuwah islamiah dan bersama-sama mencari ridho, pertolongan dan perlindungan Allah SWT.
Pementasan Sandhur Pantel adalah tujuan pertama untuk mendatangkan hujan ketika terjadi kemarau panjang. Bentuk yang digunakan berupa nyanyian, tarian, melantunkan puji-pujian serta melafalkan doa dan diiringi oleh alunan alat musik gending. "Kalau musim kemarau, banyak petani kumpulan petani yangmengadakan sandhur pantel ini, dengan tujuan meminta hujan supaya lahan persawahan mereka tidak kering," sambung Burhan sebagai salah satu petani.
Baca Juga: Pemkab Sampang Gelar Parade Takbir Keliling Lebaran Idulfitri 2024
Tujuan kedua yakni Rokat anak atau Rokat pamdabha. Pementasan ini dilakukan agar kelak si anak selamat dan terhindar dari bermacam gangguan. Tujuan ketiga yaitu rokat pangkalan. Rokat ini diadakan ketika hasil tangkapan ikan para nelayan berkurang. Acara ini biasanya dilakukan di pinggir pantai atau pemukiman para nelayan. Sedangkan tujuan keempat yaitu sebagai proses penyembuhan penyakit. Biasanya sandhur pantel akan dilaksanakan ketika ada orang sakit dan penyakitnyantak kunjung sembuh juga walaupun telah melakukan pengobatan.
Proses ritual dari sandhur pantel sendiri biasanya dibagi beberpa pementasan. Pementasan pertama biasanya berdurasi sekitar 3 sampai 4 jam, dilanjutkan lagi dengan melantumkan bait - bait pujian dan doa. Para penari pada babak kedua melakukan bermacam gerakan yang sama adapun bait-bait yang dilantumkan adalah hardham, hardham rennang, nedham, alam adi tobat, hardham, set iset farhong, nang-rennang farhong, farhong rennang. Biasanyanya dilakukan dengan penari laki-laki dan perempuan serta bisa slah satunya.
Dalam setiap pementasan selalu disediakan sesaji yang dijadikan satu dalam sebuah nyiru (ancak). Dalam nyiru (ancak) dihiasi oleh janur dan disediakan berbagai macam sajian, antara lain kelapa gading, bermacam jajan pasar (kue basah), kue kering (rengginang, krioik, peyek), nasi dan panggang ayam ( dibungkus dibentuk kerucut) serta rocean jagung dan kacang. Selain itu disediakan pula bahan pakain (kain) untuk rampatan (sesaji pakaian). Adapun kain yang disediakan dalam bentuk pakaian anak-anak, remaja, orang dewasa, serta sarung dan kain panjang. Semua pakaian tersebut mempunyai warna yang berbeda yaitu merah, kuning, putih, hitam dan hijau. Tidak ketinggalan dalam ancak tersebut disajikan pula roncean kembang.
Baca Juga: Puncak Dies Natalis, FIP UTM Targetkan Sekolah Musik di Madura
Untuk bahan pakaian dan kain panjang dipersiapkan yang masih baru. Setelah pementasan semua bahan pakaian di simpan kembali. Apabila akan diadakan pementasan lagi maka semua bahan pakaian dicuci untuk selanjutnya digunakan kembali
Sedangkan bagi pementas, wanita memakai kain panjang dipadu dengan kebayak sono' (kebaya tanpa kancing depan), para penari memakai busana pesa', celana komprang hitam, baju longgar hitam, di bagian pinggang dililitkan kain panjang yang dilipat. Sementara itu para nayaga (pengrawit) bisannya memakai seragam yang sama. (Tari/UTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News