BLITAR, BANGSAONLINE.com - Di tangan Umi Nihayah (46), warga Dusun Bakalan Desa/Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar, bonggol pisang yang jarang dimanfaatkan, justru dimanfaatkan dengan diolah menjadi keripik. Bahkan berkat inovasinya itu, Umi Nihayah menghasilkan omzet hingga Rp 10 juta per bulan.
Umi Nihayah menjelaskan, inovasi keripik bonggol pisang atau yang lebih dikenal dengan nama debog itu ia temukan pada tahun 2013 lalu. Sebelumnya, Umi yang memang gemar membuat kue kering ini, awalnya menemukan resep keripik debog dari internet.
Baca Juga: Resep Wedang Saraba, Minuman Khas Makassar untuk Penghangat Tubuh
"Awalnya saya buat cuma sedikit karena penasaran saja, kok bisa debog dijadikan keripik. Kebetulan di sekitar rumah saya banyak sekali bonggol pisang," ungkap Umi Nihayah, saat ditemui di rumahnya, Minggu (12/11).
Umi menjelaskan, cara mengolah kripik debog ini pertama kali bonggol pisang yang masih basah dikupas sampai ke umbi utama. Lalu dipotong tipis-tipis, direndam air selama 24 jam. Selanjutnya diberi bumbu yang terdiri dari garam, bawang putih, kunyit, ketumbar, dan daun jeruk yang sudah dihaluskan.
Bumbu yang sudah dihaluskan lalu dicampur tepung beras dan diberi air. Irisan debog dicelupkan dalam adonan bumbu, lalu digoreng di minyak yang panasnya mencapai 200 derajat celcius.
Baca Juga: Khofifah Promosikan Kuliner Jatim: Ini Masakan Khas Madura, Sidoarjo, Jombang, dan ...
"Awalnya hasilnya saya makan sendiri karena takutnya gak enak atau malah beracun. Kemudian karena ternyata rasanya enak dan tidak berefek apa-apa saya tawarkan ke ibu-ibu sekitar rumah saya, dan ternyata pada suka. Bahkan banyak yang gak percaya kalau kripik ini saya buat dari debog," jelasnya sambil menawarkan kripik untuk dicicipi.
Baca Juga: Pecel Bek Kasih di Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kediri Bertahan sejak 1970, Simak Kisah Uniknya
Sejak saat itulah, keripik debog buatan Umi mendapat banyak pesanan. Apalagi saat itu menjelang Lebaran. Ketika Lebaran usai, rupanya sang putra berinisiatif menawarkannya ke toko oleh-oleh milik teman kuliahnya di Mojokerto.
"Ada sisa sama anak saya dipacking alumunium foil lalu ditawarkan ke toko temannya di Mojokerto. Alhamdulillah, mereka langsung pesan banyak. Ya sejak saat itu saya tekuni bikin keripik debog sampai sekarang," ungkap Umi.
Dalam sebulan, Umi mampu memproduksi 100 kg keripik debog. Dia kemas dalam dua takaran. Untuk yang berat 100 gr seharga Rp 12,5 ribu. Sedangkan yang berat 250 gr harganya Rp 25 ribu.
Baca Juga: Mengintip Proses Produksi JAILS, Produk Unggulan Hasil Pembinaan Napi di Lapas Serang
Dari usaha keripik debog ini, Umi bisa meraup keuntungan hingga Rp 10 juta per bulan. Dengan tiga karyawan, dia melayani pesanan dari berbagai daerah. Seperti Malang, Kediri, Tulungagung, Mojokerto dan Surabaya. Selain itu keripik debog buatan Umi juga bisa dengan mudah dijumpai di toko oleh-oleh khas Blitar. Keripik Debog produksi Umi juga sudah mendapat sertifikasi Halal dari MUI dan ijin resmi dari BPOM RI. (blt1/tri/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News