Pusat Tiadakan Job Fair, Pemkot Mojokerto Kelimpungan Tangani Pengangguran

Pusat Tiadakan Job Fair, Pemkot Mojokerto Kelimpungan Tangani Pengangguran Kepala Diskoumnaker Kota Mojokerto Haryanto.

KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pemkot Mojokerto dipastikan gagal mempertahankan kelangsungan program bursa kerja atau job fair yang telah menjadi agenda tahunan pemda ini. 

Sinyal ditiadakannya salah satu program pengurangan pengangguran yang bersumber dari APBN ini disampaikan Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Tenaga Kerja (Diskoumnaker) setempat.

Untuk upaya menekan laju pengangguran yang kini mencapai 3.800 jiwa, Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) hanya berharap pada acara yang sama namun didanai APBD. Program ini pun nyaris gagal lantaran adanya kesalahan menginput data Simda setempat.

"Tahun ini kita kemungkinan hanya bisa sekali menggelar program Job Fair, itupun pada triwulan ke-III atau pada akhir tahun. Sebab, pemerintah mengepras program ini sehingga kita hanya berharap pada pelaksanaan acara yang sama namun bersumber dari APBD 2018, " tutur Kepala Diskoumnaker Kota Mojokerto, Haryanto, Rabu (18/4).

Meski demikian, Haryanto berharap pemerintah pusat mengurungkan rencana peniadaan acara tersebut. 

"Kita akan mengirimkan proposal ke Kementerian Tenaga Kerja dan berharap program ini dilanjutkan. Sebab potensi pengurangan pengangguran dari program ini cukup signifikan," paparnya.

Ia mengungkapkan Kota Mojokerto telah mendapat apresiasi atas tingginya respon pencari kerja (pencaker) dalam program ini. 

"Jumlah pelamar job fair tahun 2017 mencapai 3.608 pelamar. Jumlah ini menempati urutan tertinggi di Jatim. Dan kita mendapat apresiasi dari pemerintah pusat untuk itu, masakan acara ini akan dibatalkan," keluh ia.

Menurutnya, dari 40 perusahaan di kisaran Gerbang Kertasusila yang ikut mensukseskan acara ini berhasil merekrut 1.200 tenaga kerja. 

"Memang ini tidak secara signifikan mengcover tenaga kerja dari Kota (Mojokerto) namun setidaknya telah menekan jumlah pengangguran sebanyak 3.800 orang," ujarnya.

Pelamar dalam bursa kerja itu, lanjutnya, 65 persen dari luar kota. Sedangkan 35 persen dari Kota Mojokerto. 

"Perusahaan pencari kerja didominasi dari luar kota. Mojokerto bisa dihitung seperti Dragon (pabrik sepatu) dan Bokor Mas (pabrik rokok). Mereka butuh tenaga kerja meski tak sebanyak yang dari luar kota," tambahnya.

Ia mengungkapkan pelamar dari Kota Mojokerto tak banyak sekali. Katanya, pencaker dari dalam kota banyak yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, berwiraswasta atau bekerja diluar daerah.

"Mungkin gaji luar daerah lebih banyak," ujarnya.

Dengan berkurangannya satu program pengentasan pengangguran ini, dinas menggantungkan pada program yang lain. Seperti, pelatihan kewirausahaan, melaksanakan bursa kerja khusus. 

"Menampung anak-anak yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, kerjasama dengan sekolahan. Kerjasama dengan perusahaan untuk magang yang saat ini masih dengan Medika Nusantara Utama (MNU)," ucapnya. (yep/ian)