RAWALPINDI, BANGSAONLINE.com – Tradisi patrol untuk membangunkan makan sahur juga ada di Pakistan. Hanya saja, musik patrol ini dimainkan satu orang, dengan menggunakan tambur.
“Bangun dan sahurlah!” teriak Lal Hussain, salah satu pemusik patrol di Bani, daerah pemukiman tua, di Rawalpindi.
Baca Juga: Mengapa Jupiter Punya Cincin, Sedangkan Bumi Tidak? Ini Penjelasannya
Dia berteriak disertai dengan irama tambur yang asyik. Hussain setia menapaki jalanan setiap Ramadhan selama 35 tahun terakhir, berjalan dengan tambur sejauh bermil-mil melewati jalan-jalan sepi dan gang-gang sempit, di daerah tua kota.
Ibu dan anak mengintip melalui jendela untuk melihat sekilas pemusik patrol saat dia lewat. Sementara pria-pria menyapanya di jalan-jalan menawarkan sejumlah kecil uang tunai sebagai ucapan terima kasih atas pelayanannya.
Namun tradisi yang sudah berabad-abad ini semakin jarang di Pakistan. Sekarang, orang hampir secara universal bergantung pada alarm telepon, jam digital, atau pengumuman publik pada pengeras suara untuk membangunkan dari tidur.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Setiap tahun semakin sedikit pemusik patrol menyebar di kota-kota dan desa-desa di seluruh Pakistan selama Ramadan untuk membangunkan sesama Muslim untuk sahur. "Hampir selusin drummer yang tersisa di Rawalpindi," kata Hussain kepada AFP saat dia berkeliling melalui kota sekitar lima juta orang.
“Dulu ada pemukul drum di setiap jalan, tetapi sekarang banyak dari mereka telah pergi. Generasi yang lebih muda telah mengadopsi profesi lain.”
Bahkan ketika sesama drummer telah mengundurkan diri atau meninggalkan tradisi, pria berusia 66 tahun itu tetap tegar. Dia saat ini juga melawan hepatitis C dan bertekad untuk menjaga latihan agar tetap hidup selama mungkin. Dedikasinya telah membuatnya disayangi oleh penduduk.
Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
"Ini menghidupkan kembali (kenangan) leluhur kita, budaya kita, jadi kita menikmatinya dengan cara yang sama," kata Yasir Butt.
“Ada orang yang mengatakan kepada saya untuk terus memukul drum karena mereka tidak mempercayai ponsel mereka,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News