Sepenggal Kisah Home Industri Kue Lebaran di Pacitan Saat Sepi Omzet

Sepenggal Kisah Home Industri Kue Lebaran di Pacitan Saat Sepi Omzet Siti Katidjah alias Ninik, pelaku home industri kue tradisional di Pacitan mengaku sepi omzet usai lebaran. foto: YUNIARDI S/ BANGSAONLINE

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Gema takbir hari kemenangan telah berlalu. Beragam sajian kue dan jajanan tradisional seakan lenyap dari atas meja. Begitupun para pelaku home industri yang memproduksi jajanan lebaran mulai surut omzet.

Mereka yang sebulan lalu disibukkan dengan beragam orderan makanan, saat ini bakal banyak kembali nganggur. Kalaupun ada pesanan, pasti tak seramai saat Ramadan dan menjelang lebaran.

Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4

Itulah fenomena yang dijalani banyak pelaku usaha pembuatan kue dan ragam makanan tradisional di . Salah satunya seperti yang dialami Siti Katidjah. Ibu rumah tangga asal Dusun Jambu, Desa Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten ini tiap bulan puasa hingga menjelang lebaran selalu kebanjiran order kue dan jajanan tradisional. Seperti madu mongso, goyang, arak keling, menjadi andalan produksinya.

"Rata-rata untuk satu jenis kue bisa tembus satu kwintal (100 kilogram) pesanan. Akan tetapi itu hanya berlangsung saat awal Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri. Setelah itu ya kembali nganggur," tutur wanita yang akrab disapa Mbak Ninik ini di kediamannya, Minggu (8/7).

Sudah berpuluh tahun ia menekuni usaha kuliner membuat jajanan tradisional. Bahkan untuk mengisi waktu luang, tak jarang ibu dua anak ini juga melayani pesanan makanan kotak untuk keperluan hajatan atau kegiatan beberapa instansi pemerintah di .

Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...

"Kalau soal pesanan makanan kotak memang tak seramai kue lebaran. Paling sebulan hanya sekali atau dua kali ada order," ungkapnya.

Untuk mengisi lowongnya pesanan serta dapur tetap ngebul, Ninik juga rela menjadi juru masak salah satu warung makan. Itu ia lakukan semata-mata agar roda perekonomian keluarganya tetap berjalan. Terlebih sekarang ini harga beragam kebutuhan sudah mulai merangkak naik.

Seperti telur ayam yang semula bisa dibeli seharga Rp 22 ribu per kg, saat ini sudah naik menjadi Rp 26 ribu per kg. Belum lagi daging ayam potong yang menjadi andalan lauk nasi kotaknya, sudah naik menjadi Rp 40 ribu per kg.

Baca Juga: Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah

"Kalau ayam kampung selain lebih mahal, juga langka. Jarang sekali pedagang daging di pasar yang menjual ayam kampung," keluhnya.

Ninik hanya bisa berharap agar harga kebutuhan bisa segera kembali stabil. (yun/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO