Tafsir Al-Isra 9-10: Kitab Samawi yang Lebih Baik dari Al-Qur'an

Tafsir Al-Isra 9-10: Kitab Samawi yang Lebih Baik dari Al-Qur Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .  

Inna haadzaa alqur-aana yahdii lillatii hiya aqwamu wayubasysyiru almu/miniina alladziina ya’maluuna alshshaalihaati anna lahum ajran kabiiraan (9). Wa-anna alladziina laa yu/minuuna bial-aakhirati a’tadnaa lahum ‘adzaaban aliimaan (10).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Baca secara saksama terjemahan ayat nomor 9 ini, anda akan menemukan informasi, bahwa al-qur'an itu menunjuk adanya sesuatu yang lebih baik, lebih benar, lebih adil. "lillatii hiya aqwamu". Di sinilah, ada kalimat yang dibuang, yaitu: "lebih baik (aqwam) daripada apa..?

Bagi aliran menyimpang, kalimat yang dibuang itu adalah "al-qur'an". Jadi kelengkapan maknanya begini: " ... bahwa al-qur'an menunjuk adanya sesuatu (kitab, agama, keyakinan) lain yang lebih baik (aqwam) daripada al-qur'an itu sendiri. MakAnya, kaum baha'iy dulu mendalil ayat ini sebagai dasar kebenaran keyakinannya. Sehingga kata al-Latii hiya aqwam adalah aliran Baha'iy.

Kelompok Ahmadiyah juga punya kitab suci, namanya Tadzkirah. Namun sejauh ini kami belum mengetahui ada klaim mereka soal kebenaran kitab sucinya pakai dasar ayat ini.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Dari alur pembicaraannya, terbaca bahwa ayat ini menunjukkan bahwa al-Qur'an telah memberi panduan hidup terbaik, terlengkap, teradil dibanding apa yang dipegangi bangsa Israel, para ahli kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. Itulah al-tauhid dan al-syari'ah. Jadi maksud "al-latii.." adalah isi atau materi agama yang ditunjuk al-qur'an, bukan kitab samawi lain, bukan aliran lain dan bukan pula agama lain.

Hal serupa pernah diplesetkan oleh seorang missionaris yang bertamu ke rumah penulis dan mengajak dialog soal keyakinan dan agama. Sembari membukan kitab sucinya yang sudah ditandai, misionaris itu membuka al-quran dan terjemah, pas ayat 6 al-Fatihah, "Ihdina al-shirath al-mustaqim" (tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).

Kata dia, orang yang memohon agar ditunjukkan ke jalan yang benar, yang lurus, berarti orang itu tidak sedang berada di jalan yang benar. Seperti orang yang meminta tolong ditunjukkan jalan ke Surabaya, berarti dia sedang di luar Surabaya. Jadi sesungguhnya al-qur'an sudah mengakui bahwa kitab suci kami, al-injil adalah benar.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Sebagai tuan rumah, penulis sopan-sopan saja dan balik bertanya, jika anda meminta uang kepada majikan, apa berarti anda sama sekali tidak punya uang?. Jika anda minta diberi kesehatan, apa pasti anda sedang dalam keadaan sakit?

Orang yang meminta diberi petunjuk maknanya ada dua. Pertama, dia di luar, masih belum dapet petunjuk dan kedua sudah dalam petunjuk, tapi mohon dilanggengkan, mohon lebih mapan lagi sehingga dia bisa terus menerus ada di dalamnya. Atau agar petunjuk itu tetap dalam genggaman dan tidak lepas. Dialog bubar dengan saling menghormat. 

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO