Tafsir Al-Isra 12: Membaca Makna Siang dan Malam

Tafsir Al-Isra 12: Membaca Makna Siang dan Malam Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

Waja’alnaa allayla waalnnahaara aayatayni famahawnaa aayata allayli waja’alnaa aayata alnnahaari mubshiratan litabtaghuu fadhlan min rabbikum walita’lamuu ‘adada alssiniina waalhisaaba wakulla syay-in fashshalnaahu tafshiilaan (12).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Terma "ayat" dalam al-qur'an jika terkait dengan alam, maka maknanya tanda kebesaran Allah SWT. Salah satunya adalah waktu siang dan waktu malam yang tampil bergantian secara sangat disiplin dan tidak pernah meleset. Namanya tanda kebesaran, ayat tersebut pasti sangat istimewa karena mengekspresikan Sang Penciptanya. Dia maha agung dan sangat kuasa.

Soal waktu siang dan malam ini terkait dengan edar matahari, dengan kata lain, matahari terbit dari timur dan tenggelam di ufuk barat. Pada edar inilah waktu siang ada dan mentari bisa kita saksikan. Dan saat malam hari, kita tidak bisa menyaksikannya hingga terbit lagi dari ufuk timur. Tanda kebesaran ini berjalan sesuai sunnah-Nya dan tidak satu pun ada yang bisa mengubah.

Persoalan inilah dulu pernah dipakai Tuhan untuk mematahkan kecongkakan raja Namrud yang mengaku berkuasa menyaingi Tuhan. Jika kamu berkuasa, silakan datangkan matahari agar terbit dari arah barat. Lalu si kafir itu kelimpungan tak punya kata-kata, (al-Baqarah: 258). Kenapa Namrud diam? Pertama, memang dia tidak bisa. Daripada makin memperburuk keadaan, lebih baik diam. Kedua, jika dia menantang balik, agar Tuhannya Ibrahim melakukan itu, maka sangat berisiko.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Hal itu karena Namrud sangat yakin bahwa bila Ibrahim A.S. meminta Tuhan agar menunjukkan tanda kebesaran-Nya dengan menerbitkan matahari dari arah barat sekali saja, maka sangat mungkin dikabulkan dengan cara-Nya sendiri. Jika itu terjadi dan bisa dipastikan terjadi, maka petaka bagi Namrud. Rakyat akan berbondong-bondong beriman kepada Tuhannya Ibrahim dan mencampakkan Namrud sendirian. Maka hinalah martabatnya dan makin Namrud tidak mau hal itu terjadi. Maka pilih diam. Kalah sedikit, tapi kekuasaan tetap ada di genggaman.

Hikmah lain dari penciptaan waktu malam dan siang adalah agar umat manusia mengetahui hitungan waktu, "walita’lamuu ‘adada alssiniina waalhisaaba". Kaitannya dengan pesan ayat sebelumnya yang bertutur soal watak dasar manusia yang tidak sabaran, ingin segera dikabulkan semua doanya, meski itu doa keburukan, adalah teguran yang amat lembut, bahwa segala sesuatu itu membutuhkan waktu. Seolah Tuhan berkata, meskipun kalian punya kemauan, tapi janganlah memaksa ingin segera tercapai. Laluilah terlebih dahulu jalan-jalan menuju pencapaian dengan memanfaatkan waktu siang dan malam. Itulah ikhtiar yang bagus. Ikhtiar adalah kewajiban yang melekat pada manusia, sedangkan sukses atau hasil akhir adalah otorita Tuhan. Ikhtiar adalah ibadah berpahala, sementara kesuksesan adalah anugerah.

Sisi lain dari penciptaan waktu malam dan siang yang gilir-gumanti adalah bukti kesayangan Tuhan, sekaligus kesabaran-Nya terhadap umat manusia yang durhaka dan hobi maksiat. Tuhan sangat sabar menunggu kesadaran dan pertobatan mereka dari dosa-dosanya.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Mungkin dengan cahaya cerah di siang hari, mereka mau bercerah-cerah pikiran, lalu sadar dan beristighfar. Atau seiring suasana malam hari yang hening dan tenang, lalu dia meneteskan air mata penyesalan. Yang jelas, Tuhan selalu membuka tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO