SEMARANG, BANGSAONLINE.com - Komunitas Harapan, sebuah komunitas yang lahir di gang sempit tepian Kali Semarang. Tepatnya di Kampung Sumeneban 104, RT 03 RW 04 Kelurahan Kauman, Semarang Tengah.
Komunitas ini didirikan alm Agung Setia Budi tanggal 2 Januari 2013 lalu. Awal mula, hanya diikuti beberapa anak sekitar dan belum terkonsep jelas, karena hanya Agung yang mengurusnya. Seiring berjalannya waktu, komunitas ini mulai diikuti sekitar 50 anak dengan rentang umur sebelum Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Baca Juga: Forgress: Perkuat Gerakan Civil Society di Sidoarjo
“Komunitas ini didirikan atas keprihatinan Almarhum Mas Agung melihat anak-anak sekitar pasar Johar yang memiliki karakter kurang baik dalam bergaul, dan ngomong kasar, serta sering berantem. Maka didirikanlah komunitas ini untuk mengubah perilaku anak-anak menjadi lebih baik, dan melakukan hal positif,” ujar Odi, Koordinator Komunitas Harapan. “Di sini saya menggunakan pendekatan personal kepada anak-anak, sehingga sedikit demi sedikit mereka mau dinasehati. Kegiatan di komunitas ini digelar tiga hari, yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu,” tambah dia.
Awal mula berdiri, kegiatannya hanya bimbingan belajar atau hanya mengerjakan PR . Namun, setelah koordinator diganti Odi, yang setiap harinya menjadi Freelance dan Penyiar Radio Imelda FM, dibuatlah konsep baru selain bimbingan belajar.
“Di sini juga terdapat wadah untuk mengembangkan bakat anak seperti menyanyi, silat, menggambar dan membuat kerajinan. Bahkan anak-anak komunitas Harapan ini sering menjuarai beberapa lomba menyanyi. Seperti Lomba nyanyi yang diadakan mahasiswa D3 di Universitas Diponegoro. Serta anak-anak komunitas ini ada yang pernah tampil di suatu event di Simpang Lima dengan menampilkan Tarian Gado2 Semarang. Pencapaian yang telah diraih komunitas harapan beberapa tahun ke belakang antara lain, pemenang lomba kerajinan tangan dalam rangka peringatan hari anak sedunia 2017, urutan sepuluh besar dari komunitas inspiratif se-Indonesia,” papar dia.
Baca Juga: Pererat Silaturrahim dan Kolaborasi, TDA Jatim 1 Gelar Family Fun Camp Bersama Keluarga
“Belajar di Komunitas Harapan ini menyenangkan karena dibimbing oleh kakak-kakak yang baik untuk belajar dan bermain. Dulu saya malu mengembangkan bakat saya, tapi setelah mendapat dukungan dari kakak-kakak, sekarang saya percaya diri untuk mengembangkan bakat menari. Bahkan saya sering tampil di suatu event dan juga mendapat juara,” ucap Ilham, salah satu anak didik komunitas Harapan.
Komunitas Harapan didukung sejumlah relawan untuk menjadi pengajar. Jumlah awal relawan 50 orang sebagai pengajar. Sedangkan saat ini yang aktif mengajar sebanyak 10 orang. Sebenarnya tidak ada formasi perekrutan secara resmi, siapa pun boleh bergabung menjadi relawan dengan syarat kemauan dari diri sendiri untuk mendidik anak-anak di Komunitas Harapan.
Dengan keadaan kurangnya pengajar, kegiatan latihan setiap hari Minggu dibantu mahasiswa dari berbagai organisasi kampus yang ingin berkegiatan seperti Baksos dan Pengabdian Masyarakat. Dilakukan dengan rentang waktu 1x Pertemuan, 1 Bulan, 2 Bulan bahkan ada yang sampai 3 bulan.
Baca Juga: Menteri AHY Serahkan Sertifikat Tanah Elektronik kepada Warga di Semarang
“Saya bergabung di komunitas Harapan pada tahun 2014, awal mulanya karena saya menyukai anak-anak dan juga kejenuhan tugas kuliah. Maka saya melampiaskannya dengan menjadi volunteer (relawan, red). Saya merasa senang saat anak-anak sudah menunggu kakak-kakak datang untuk mengajar. Semangat mereka membuat saya ikutan semangat mengajarnya,” tutur Rani, mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang menjadi relawan Komunitas Harapan.
Untuk menunjang kegiatan Komunitas Harapan, biasanya komunitas ini mendapatkan donasi pada saat tertentu saja, karena tidak ada donatur yang tetap oleh pihak luar. Biasanya Komunitas ini membuka donsasi saat bulan Ramadhan, seperti memberikan donasi berupa santunan serta sekadar memberikan dana untuk buka bersama. Biasanya mereka juga membuka donasi ketika perayaan Ulang Tahun komunitas. Mereka juga menerima donasi berupa buku bacaan serta peralatan mewarnai untuk inventaris bersama.
Di markas Komunitas Harapan, terdapat berbagai ragam buku bacaan (kartun sampai buku agama), peralatan menggambar, beberapa piala hasil lomba dari anak-anak Komunitas Harapan, serta figura yang dipasang di dinding, sebagai bentuk kenang-kenang dari ogranisasi kampus yang telah berkegiatan di Komunitas Harapan ini.
Baca Juga: Komunitas BG Skin Sediakan 500 Porsi Makan Gratis per Hari
Kontributor saat mewancarai pengelola Komunitas Harapan.
.
Baca Juga: 8 Hal yang Perlu Diketahui Pendaki Pemula Sebelum Mendaki Gunung, Apa Saja?
Kontributor
Tenti Lidiyasari
Sharfina Aulia Puspasari
Baca Juga: Polisi Selidiki Pasangan Sejoli yang Diduga Mesum di Taman Semarang
Umi Farikhatun
(Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News