MADIUN, BANGSAONLINE.com - Suparno (51), merupakan ayah dari tiga orang anak. Anak pertamanya, Patma Supriani didiagnosa menderita penyakit Tetralogy of Fallot (TOF) karena adanya gangguan atau kelainan jantung yang disebabkan kombinasi empat penyakit jantung bawaan saat lahir.
“Dulu setelah lahir hingga usia sepuluh tahun, masih tidak kelihatan kalau anak saya menderita kelainan jantung. Tumbuh kembangnya pun normal seperti anak-anak pada umumnya, badannya juga gemuk,” ungkap Suparno membuka perbincangan saat ditemui di rumahnya di Dusun Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.
Baca Juga: Mahasiswa dari Madiun Bagikan Pengalaman Bergabung dengan JKN: Lebih Tenang Hadapi Biaya Kesehatan
Anaknya diketahui menderita penyakit tersebut pada tahun 2016 silam. Saat itu anaknya dirujuk dari puskesmas ke Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya dan sempat menjalani rawat inap selama 21 hari. Setelah melalui pemeriksaan intensif, akhirnya dokter menyatakan bahwa Patma menderita penyakit kelainan jantung bawaan lahir.
"Tapi karena pertimbangan medis, pihak rumah sakit tidak melakukan tindakan operasi, sehingga untuk pengobatan selanjutnya Patma harus menjalani rawat jalan secara rutin di RSUD dr. Soedono Madiun," terangnya.
Kegundahan hati tak hanya Suparno rasakan saat mengetahui putri kesayangannya divonis menderita kelainan jantung. Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit itu masih harus memikirkan besarnya biaya pengobatan rutin untuk anaknya.
Baca Juga: Meskipun Terlindungi Program JKN, Mahasiswi dari Malang ini Tak Lengah Menjaga Kesehatan
Setelah tahu anaknya menderita kelainan jantung dan harus menjalani pengobatan rutin setiap bulannya, yang menjadi pikiran Suparno selanjutnya saat itu adalah uang untuk biaya pengobatan karena pasti mahal sekali, apalagi ini harus secara rutin. Tetapi ternyata kekhawatiran saya tidak beralasan.
"Alhamdulillah sejak tahun 2016 sampai sekarang saya tidak pernah mengeluarkan uang untuk biaya pengobatan. Semua dijamin BPJS Kesehatan karena telah sesuai dengan prosedur. Pelayanan yang kami terima dari para petugas rumah sakit juga baik," ungkap Suparno.
Suparno yang tercatat sebagai peserta JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran APBN (PBI-APBN) mengungkapkan bahwa dirinya beserta keluarga menaruh harapan besar terhadap kesinambungan program JKN-KIS yang memberikan manfaat.
Baca Juga: Polri Uji Coba Syarat Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM di Malang Raya
Ia berharap JKN-KIS tetap ada supaya bisa terus memberikan jaminan kesehatan bagi keluarganya. Untuk ongkos mengantarkan anaknya ke rumah sakit saja sudah cukup memberatkan. Apalagi kalau harus berobat tanpa JKN-KIS dan membayar seluruh biaya pengobatannya dari kantong sendiri.
"Wah saya tidak akan mampu. Tapi untunglah JKN-KIS sudah menjadi penolong saya dalam membantu pengobatan anak saya. Kekhawatiran saya jadi hilang. Saya juga minta doanya semoga Patma bisa segera sembuh,” pungkasnya. (hen/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News