SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sekitar 40 mahasiswa Magister Ilmu Hukum Angkatan Tahun 2018, Pascasarjana Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya, menggelar aksi tanam pohon bertajuk “Gerakan Bumiku Hijau” di halaman kampus, Jumat (3/5/2019).
“Di Gerakan Bumiku Hijau, kita sengaja melibatkan 40 mahasiswa dan berusaha mengajak dan membangun budaya akademisi, bahwa menanam pohon itu penting sebagai perwujudan kepedulian dan kecintaan pada keberlanjutan lingkungan,” ungkap Titus Wijaya, S.H, Ketua Pelaksana “Gerakan Bumiku Hijau” di sela-sela acara.
Baca Juga: UHT Surabaya Wisuda Pertama Program Diploma 4 dan Strata 3
Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya sekadar menamam pohon, melainkan juga memperhatikan seni keindahan. “Makanya dari 100 pohon yang kita tanam, tidak sembarang pohon, melainkan sengaja kita pilih yang berkualitas, seperti tabebuya, pucuk merah, dan melati,” jelasnya.
Prof Suparto Wijoyo, penggagas acara yang juga dosen pengampu Hukum Lingkungan di Pascasarjana Ubhara mengungkapkan, “Gerakan Bumiku Hijau” ini merupakan agenda penting pelibatan mahasiswa dalam penyelamatan lingkungan.
“Ini mengimplemantasikan pelajaran dalam perkuliahan hukum lingkungan di Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Ubhara. Jadi kuliah yang saya ampu ini bermakna akademik sekaligus ekologik,” ungkapnya.
Baca Juga: 2.211 Calon Mahasiswa ITS Lolos Jalur SNBT 2024, Masih Tersedia Seleksi Mandiri Kemitraan dan Umum
"Jadi, gerakan mahasiswa itu secara teologis masuk dalam tanah Fiqih sedekah oksigen. Karena itu saya mengapresiasi setiap perkuliahan ini mahasiswa selalu tergerak untuk bertindak nyata, bukan sekadar pasal-pasal hukum semata. Salam Hijau buat mahasiswa Magister Ubhara," ujarnya.
Sementara Rektor Ubhara Brigjen Pol (Purn) Drs Edy Prawoto, S.H., M.Hum, mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi mahasiswa Magister Hukum T.A 2018 ini. Ia mengatakan aksi tanam pohon ini merupakan kegiatan yang berkesinambungan.
“Ini juga merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan pemahaman arti lingkungan pada mahasiswa. Ingat, belajar tidak hanya di awang-awang, tapi juga menapak bumi. Artinya tidak sekadar belajar teori, tapi jaga mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata,” ucapnya.
Apalagi, lanjutnya, di era industri 4.0 ini basic-nya adalah teknologi. Tapi kalau hanya teknologi saja bisa terjadi distorsi. Oleh karena itu harus diikuti dengan masyarakat 5.0. “Masyarakat 5.0 adalah masyarakat yang berbudaya, beretika, dan bermartabat,” tegasnya.
Baca Juga: Pembinaan dan Pengelolaan Potensi Maritim di Wilayah Pesisir pada Masyarakat Nelayan Gisik Cemandi
Menurutnya, masyarakat yang berbudaya, beretika, dan bermartabat itu adalah masyarakat yang mampu menjaga lingkungannya. "Ingat kondisi saat ini, bahkan di Negara-negara maju sudah berbicara lingkungan. Karena lingkungan lah yang menopang kehidupan masyarakat. Lingkungan yang tidak sehat masyarakatnya tidak sehat. Itu pasti. Karenanya saya sangat mengapresiasi acara yang digagas mahasiswa ini," tandasnya.
Turut hadir di "Gerakan Bumiku Hijau", Dr. Hj. Musriha, Dra. Ec., MSi., Direktur Pasca Sarjana Universitas Bhayangkara Surabaya dan Wredha Danang Widoyoko, S.HI., M.H., CLA, Ketua Program Studi Magister Hukum, serta Presiden BEM Ubhara. (*/red)
Baca Juga: ITS Raih Enam Gelar Juara di Kontes Robot Indonesia 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News