SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Lia Istifhama resmi mendaftar sebagai Calon Wakil Wali Kota Surabaya dari PDI Perjungan. Kepastian itu didapat setelah perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu mengembalikan formulir pendaftaran ke DPD PDI Perjuangan Jawa Timur di Jalan Kendangsari, Surabaya, Sabtu (14/9).
Saat memberi sambutan, putri KH. Masykur Hasyim itu mengingatkan kembali fenomena Mega Bintang di tahun 1997. Aliansi antara PDI Pro Mega dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat itu sangat dahsyat. Bahkan rezim orde baru yang saat itu masih sangat kuat pun ketar-ketir.
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
"Di sini (kantor PDIP Jatim) saya mengenang kembali fenomena aliansi Mega Bintang. Meski saat itu saya masih SMP, namun masih terkenang jelas. Apalagi ayah saya sebagai salah satu tokoh penggagas Mega Bintang di Surabaya, hari ini ikut mendampingi saya," urai kandidat doktor UINSA Surabaya tersebut.
Keponakan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa ini mengungkapkan fenomena aliansi Mega Bintang di sejumlah kota termasuk Surabaya adalah embrio perlawanan masif yang akhirnya menumbangkan rezim orde baru setahun kemudian.
Lia yang mengenakan busana kombinasi merah-hijau itu menambahkan, di Surabaya kala itu, ayahnya KH. Masykur Hasyim yang merupakan tokoh PPP bersatu dengan Bambang DH dkk yang merupakan tokoh PDI Pro Mega. Bersatunya kekuatan PDI dengan PPP itu mewakili dua unsur bangsa ini, yakni Nasionalis dan Religius. Dengan begitu, perlawanan terhadap rezim orde baru menjadi signifikan.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
"Aliansi Mega-Bintang pernah terjadi di era orde baru, saya berharap bisa kembali terjadi lewat pilwali Surabaya. Saya membuka peluang itu, dengan memilih mendaftar sebagai Cawawali. Saya serahkan Cawalinya kepada PDIP sebagai partai pemenang pemilu," ujar pengurus PW Fatayat NU itu.
Lia yang mengusung program Nawa Tirta mengaku siap bersinergi dengan program prioritas yang diusung PDI Perjuangan. Menurutnya, bila sudah berkoalisi harus mengutamakan kebersamaan.
Dari sisi garis massa, Semifinalis Ning Surabaya 2005 ini merasa sudah pas berkoalisi dengan PDI Perjunagan. Sebab, relawan pendukungnya mayoritas adalah marhaen yang merupakan massa akar rumput PDI Perjuangan.
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
"Saya memang berlatarbelakang nahdliyin. Tapi banyak relawan saya yang justru berasal dari kalangan nasionalis. Itulah salah satu alasan saya mendaftar ke PDI perjuangan," imbuhnya. (mdr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News