Bencana Kekeringan dan Penanggulangan Banjir Menjadi Atensi Pemkab Pacitan

Bencana Kekeringan dan Penanggulangan Banjir Menjadi Atensi Pemkab Pacitan Yudo Tri Kuncoro, Kabid Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas PUPR Pacitan. (foto: Yuniardi Sutondo/BO)

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Bencana kekeringan masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Pacitan. Di samping bencana banjir dan tanah longsor yang juga mulai mengintai seiring akan datangnya musim penghujan di penghujung tahun nanti.

Terkait hal tersebut, pemkab setempat tengah mempersiapkan sejumlah langkah guna melakukan tindakan kedaruratan dan antisipasi terjadinya segala risiko bencana. Salah satunya dengan optimalisasi sumur bor dalam dengan penerapan teknologi solar cell untuk membantu distribusi air bersih saat kemarau.

Baca Juga: Pacitan Jadi Salah Satu Wilayah Lengkap Sinergi Sertifikasi

Kabid Pengelolaan Sumberdaya Air Dinas PUPR Pacitan, Yudo Tri Kuncoro mengatakan sudah ada 62 titik sumur bor dalam di Pacitan. Dari jumlah tersebut, 20 di antaranya berfungsi baik dan 42 di antaranya memang tidak befungsi secara optimal.

"Tidak berfungsinya puluhan sumur bor tersebut karena operasional pemeliharaan yang mahal. Selain itu di kawasan sekitar sudah terjangkau PDAM dan Pamsimas. Selain itu, ada yang debit sumunya kecil dan airnya bau. Serta ada juga yang mesin generatornya hilang," kata Yudo saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (16/10).

Karena itu saat kunjungan bencana beberapa waktu lalu, lanjut dia, Bupati Indartato menginginkan adanya win-win solution dengan penerapan tenaga solar cell untuk menggerakkan generator.

Baca Juga: Pemkab Pacitan Imbau Pengusaha Segera Bayarkan THR Karyawannya

"Ini teknologi ramah lingkungan. Sebab hanya memakai sinar matahari, dan energi terbarukan. Kita pernah uji coba dan biayanya hanya habis Rp 8 juta, air sudah bisa mengalir deras saat siang hari," jelasnya.

Kemudian untuk penanggulangan dampak bencana banjir, Yudo menegaskan, saat ini pemkab terus melakukan koordinasi dengan pihak BBWS guna perbaikan sejumlah parapet sungai. Sebab, saat bencana alam tahun 2017 lalu, ada parapet di kawasan Desa Kembang yang jebol sepanjang 70 meter.

"Saat ini sudah kita lakukan upaya penguatan tebing dan penambalan titik yang jebol. Memang persoalan ini cukup rumit. Selain keterbatasan anggaran, juga keterbatasan kewenangan. Akan tetapi komunikasi terkahir dengan pihak BBWS, akan ada pengalokasian anggaran di perubahan APBN Tahun 2020 yang diambilkan dari sisa tender," ungkap Yudo.

Baca Juga: Bantu Rehab Rumah Kaum Duafa di Pacitan, Baznas Jatim Gelontorkan Dana Rp175 Juta

Selain itu, di kawasan Arjosari, tepatnya di Desa Karangrejo saat ini tengah dilakukan proses pendalaman sungai dan hampir mendekati finishing. Sedangkan untuk waduk Tukul, Yudo mengungkapkan, masih membutuhkan proses panjang. Sebab pada kontrak awal lalu, sempat mengalami beberapa adendum yang disebabkan oleh kerusakan konstruksi akibat bencana banjir Tahun 2017.

"Yang utama perlunya konstruksi pengaman tebing dan penguatan tebing. Tentu persoalan ini akan banyak menyita anggaran. Sekitar Desember atau awal tahun 2020, baru akan dilaksanakan kontrak tahap kedua. Saat ini masih ada kekurangan penyelesaian main dam atau bendungan utama dan jalan inspeksi atau jalan yang mengelilingi tubuh bendungan," pungkasnya. (yun/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO