SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kelas Ngaji Tafsir Masjid Nasional Al Akbar Surabaya menggelar Tadabbur Alam di Crop Circle Dewi Cemara Desa Kedung Malang, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri dan Pantai Gemah Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
“Memahami tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah dengan melihat beragam ciptaannya merupakan salah satu makna tadabbur alam. Cukup kita memperhatikan tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu Alam Semesta, Manusia dan Kehidupan. Bukti bahwa segala sesuatu mengharuskan ada sang pencipta dialah Allah SWT,” kata Ustaz Mulyani yang merupakan guru kelas tafsir ini.
Baca Juga: Pelajari Islam 5 Tahun, Penganut Katolik Ini Akhirnya Masuk Islam
Dengan tadabbur alam bersama, melihat laut yang luas, bergemuruhnya ombak, itu bisa meningkatkan keimanan. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an terdapat ajakan untuk mengalihkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada, agar dapat membuktikan adanya Allah SWT.
“Dengan mengamati benda-benda tersebut, bagaimana satu dengan yang lain saling membutuhkan, akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan pasti, akan adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur,” ujar ustaz berkulit kuning langsat tersebut.
"Adapun Allah SWT berfirman: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal (QS. Ali Imran (3): 190)," sambungnya.
Baca Juga: Dituntun Qori' Afrika Selatan, Warga Rungkut Surabaya Ikrar Syahadat di Masjid Al-Akbar
Mengaji tafsir Al Quran di masjid memang penting, tapi sesekali melakukan tadabbur alam untuk menyukuri dan melihat tanda kekuasaan Allah juga perlu. Hal tersebut diungkapkan Ketua Panitia Kelas Tafsir Masjid Nasional Al Akbar, Ninik Rudi.
Tadabbur alam, kata Ninik, menjadi kegiatan rutin setahun sekali. “Yang paling jauh ke Makasar. Tahun lalu kami ke Malang dan sekarang ke Kediri serta Tulungagung,” bebernya sembari menikmati desiran ombak di Pantai Gemah, Selasa (23/10).
Adapun anggaran yang digunakan untuk tadabbur yakni berasal dari kas kelas ngaji tafsir. “Tiap mengaji kami iuran suka rela. Itu dananya dikumpulkan, kemudian digunakan tadabbur bersama,” katanya.
Baca Juga: Ngabuburit di Masjid Al-Akbar Berhadiah Motor
Pihaknya menyebut, iuran suka rela adalah bentuk gotong royong karena ketika akan berangkat tadabbur alam, jamaah hanya dikenakan biaya 45 persen dari total biaya perjalanan.
Selain itu, untuk menjalin silaturrahim antar jamaah dan ustaz. “Sebenarnya, kelas tafsir ustaz Mulyani ini paling banyak jamaahnya dibanding kelas yang lain. Jadi yang ingin ikut tadabbur juga banyak tetapi kuota terbatas hanya 50 orang,” ungkapnya.
Dan alhasil, satu bus berangkat dan berisi 50 orang. Jumlah tersebut kebanyakan perempuan karena yang mengikuti ngaji tafsir juga kebanyakan perempuan.
Baca Juga: Islam Penyebab Peradaban Indonesia Kurang Maju? Begini Penjelasan Guru Besar ITS
Sebagai informasi, kelas tafsir ustaz mulyani juga tergabung dengan Himpunan Santri Masjid Al Akbar (Hisamal) yang tiap satu tahun dua kali melakukan Bakti Sosial (Baksos) pada bulan ramadan dan muharam. (mid/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News