SIDOARJO, BANGASONLINE.com - Pembangunan maupun rehab masjid bersejarah peninggalan era Bupati Mojokerto RAA Kromojoyo Adinegoro masa tahun 1877 segera rampung. Masjid yang terletak di Jalan KH Hasyim Asy’ari 1, Kauman, Alun-alun Kota Mojokerto yang sekarang diberi nama Masjid Agung Al Fattah merupakan tempat ibadah umat Muslim tertua di Mojokerto.
Saat ini, pembangunan masjid tersebut sudah mencapai 95 persen. Keindahan arsitektural tampak pada bagian dalam interior masjid. Yakni terdapat empat soko guru atau tiang penyangga setinggi 20 meter tanpa sambungan yang sampai sekarang masih kokoh berdiri sebagai saksi sejarah. Kayunya didapatkan dari Hutan Jabung.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Soko Guru di sebelah Barat Daya merupakan wakaf dari Mbok Rondo Dadapan yang tinggal di Kecamatan Jetis. Seorang pengusaha perempuan pada waktu itu. Tampilan eksterior berupa kubah Stupa Limasan merupakan ide dari Raden Aeresedan.
Ketua pelaksana pembangunan pembangunan Masjid Agung Al-Fattah Kota Mojokerto Sudarno mengatakan. bahwa pembanguan masjid terus mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Mojokerto. Masjid Agung Al-Fattah terletak di sebelah barat Alun-alun Kota Mojokerto.
"Pembangunan sudah mencapai tahap akhir penyelesaian dalam pembangunannya. Pembangunan juga telah mendapatkan bantuan hibah dari Pemerintah Kota Mojokerto sebesar 15 miliar rupiah. Dengan bantuan dana hibah ini, bisa selesai di tahun 2020," ujarnya.
Baca Juga: Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi
Awalnya, cerita Sudarno, diperkirakan pembangunan masjid menghabiskan anggaran dengan total 42 miliar rupiah. Namun dalam perjalanan prosesnya, anggaran pembangunan masjid ini baru mencapai 39,2 miliar rupiah, namun sudah hampir selesai semua pengerjaannya.
”Alhamdulillah dengan dana hibah ini, semua kebutuhan pembangunan sudah cukup. Hingga, pembangunan masjid sampai selesai. Untuk gerbangnya, pintu gerbang corong trek bolanya itu adalah batu pecal. Kemudian temboknya itu bukan tembok dari bata, tapi dipotongkan bagus. Demikian temboknya itu masing-masing satu, kadang kala itu tiga meter itu tembok dari batu boto, batu andesit itu yang tebalnya 20 cm tingginya 90 cm, panjangnya 3 meter. Itu nanti dipahat diukir sedemikian sesuai dengan motif millennial motif yang kultural," paparnya.
"Untuk pintu dan plafon masjid ini, diberi corak warna kuning keemassan. Jadi corak dan seni pembangunan masjid ini, menggambungkan unsur masjid nabawi, unsur walisongo, dan unsur majapahitan. Di samping buat tempat.ibadah, dapat juga sebagai.wisata religi," ujar Sudarno, Kamis (2/1) petang. (ris/rev)
Baca Juga: 10 Rekomendasi Nama Bayi Laki-Laki Islami 3 Kata Keren, Punya Arti Mendalam, dan Penuh Doa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News