Bahkan ketika Karl Von Smith minta pendapat tentang keinginannya untuk masuk Islam, Hadratussyaikh tidak serta merta mengiyakan. Hadratussyaikh justru menekankan pentingnya keyakinan agama didasarkan pada ilmu dan kesadaran.
“Ketika saya meminta pendapat beliau (Hadratussyaikh) tentang niat dan keinginan saya untuk memeluk Islam, beliau menjawab, 'Kamu bebas untuk memilih agama yang kamu suka dan kamu ridlai untuk dirimu. Kamu telah memahami Islam, maka pilihlah untuk dirimu keyakinan (aqidah) dan agama yang kamu percayai dengan syarat keimanan dan aqidah ini berdasarkan ilmu, pengertian, dan kesadaran, dan keyakinan setelah mempelajarinya',” ungkap Karl Von Smith menirukan petuah Hadratussyaikh.
Padahal keyakinan Karl Von Smith sudah bulat. “Ketika itulah saya berniat memeluk agama Islam dan saya menyatakannya di hadapan beliau,” kata Karl Von Smith. Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Hadratussyaikh. Tentu disaksikan orang-orang Islam yang lain.
“Saya mengucapkan kalimat syahadat di depan kumpulan kaum muslimin yang menjadi saksi yang telah menyambut saya, dan setelah itu memeluk saya dengan pelukan seorang saudara yang telah lama hilang,” katanya.
Hadratussyaikh pun menyambut baik. “Beliau pun menyambut saya dengan sambutan yang hangat dan menyampaikan kabar gembira itu kepada semua yang hadir,” kata Kar Von Smith.
Ketika Karl Von Smith memeluk Islam, barulah Hadratussyaikh menyampaikan ayat al-Quran. “Ketika saya merasa puas dan dapat menerima Islam, setelah berkomunikasi selama 10 bulan, baru beliau (Hadratussyaikh) mulai menyampaikan sedikit dari ayat-ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi SAW yang penuh mutiara hikmah dan nasihat-nasihat. Sungguh benar-benar tertarik mendengar ayat-ayat Al-Quran dan kagum dengan ketinggian makna-maknanya, sehingga saya sangat merindukan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ayat-ayat Al-Quran,” katanya.
Menurut Karl Von Smith, Hadratussyaikh memiliki kemampuan naluri tinggi. Hadratussyaikh bisa memahamkan kepada orang, dan mempunyai kemampuan menerangkan hal-hal yang sulit dipahami, tanpa harus menjelaskan panjang lebar sehingga membosankan.
“Seandainya di dunia ini ada sepuluh orang saja seperti beliau (Hadratussyaikh) yang mengkhususkan diri untuk dakwah Islam di Eropa umpamanya, dengan gaya bahasa beliau yang halus dan menarik itu, maka tak diragukan lagi kita akan melihat hampir semua orang Eropa beragama Islam,” kata Karl Von Smith.
Perpindahan agama Karl Von Smith tercium Pemerintah Belanda. Penjajah bangsa Indonesia itu murka. Belanda mencap Karl Von Smith pengkhianat. Saking murkanya, pemerintah Belanda membuat pengumuman: barang siapa bisa menangkap dan membawa Karl Von Smith dalam keadaan hidup atau mati, akan diberi hadiah 1.000 dollar.
Namun Karl Von Smith selamat. Bahkan ketika perang kemerdekaan 1945 meletus, Karl Von Smith memihak bangsa Indonesia. Ia ikut berjuang. Dengan harta dan tenaga. Demi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Namun ketika bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, ia dan keluarganya berangkat ke Jerman. Ia menetap di kota Hamburg Jerman. Di sana ia memenuhi janjinya, berdakwah kepada warga di sekitarnya.
Muhammad Asad Shihab, penulis buku Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali Indonesia, saat ke Jerman pada tahun 1965 mencari Karl Von Smith. “Saya mencari-cari dia dan menanyakan dirinya sampai akhirnya bisa bertemu dengannya. Ternyata dia tinggal di kawasan yang indah dan tetap menekuni profesinya sebagai insinyur, disamping sibuk dengan kegiatan dakwahnya mengajak kaumnya kepada Islam. Dia tetap menjaga kewajiban menunaikan salat pada waktunya, dan sering belajar dengan Dai Islam Sayid Husein Al-Bahasyti dan Direktur Islamic Centre di Hanburg,” tulis Muhammad Asad Shihab. (m mas’ud adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News