
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pusat Riset Pilkada JTV kembali menyelenggarakan survei pada 12-19 Februari 2020. Survei kali ini untuk mengukur tingkat pengenalan (popularitas) dan keterpilihan (elektabilitas) figur-figur yang siap berkompetisi dalam Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Surabaya 2020.
"Nama-nama ini disaring dari sumber pemberitaan di media massa arus utama di Surabaya," kata Sutikno, Kepala Tim Riset Pilkada ITS, saat memberikan pemaparannya di Gedung JTV Jalan A. Yani Surabaya, Kamis (20/2) sore.
Ia menambahkan, dari sisi popularitas, nama-nama yang sudah banyak dikenal publik mencapai tingkat pengenalan yang merata.
“Sebagai bagian dari pasangan yang sedang menjabat (incumbent), Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi hingga 39,21%,“ tambah Kepala Pusat Studi Potensi Daerah dan Perberdayaan Masyarakat LPPM ITS ini.
Dua figur muda yakni Anggota DPR RI dari Partai Golkar Adies Kadir dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda mendekati Wisnu di posisi kedua dan ketiga dengan tingkat pengenalan 30,90 % dan 29,66%.
"Nama-nama lain yang punya potensi besar siap mendongkrak popularitas dengan berbagai aktivitas adalah Politisi kawakan Fandi Utomo 25,73%, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi 17,84%, dan Mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin 11,93%," ungkapnya.
Sutikno menyebutkan, pengacara dan bakal calon lewat jalur independen M. Sholeh meraih popularitas hampir setara dengan tokoh asal Jombang Zahrul Azhar Asumta yang akrab dipanggil Gus Hans dengan perolehan popularitas masing-masing 6,70% dan 5,60%.
Figur lain yang juga muncul dalam survei tingkat keterkenalan adalah Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fathul Muid 5,00%, Ketua Partai Berkarya Surabaya Usman Hakim 3,84%, Ketua Partai Perindo Surabaya Samuel Teguh 3,32%, dan Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno 2,94%.
Berbeda dengan popularitas, saat ditanyakan apakah akan memilih figur yang dikenal tersebut jika mencalonkan diri sebagai wali kota (elektabilitas)? terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih.
“Itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik,” jelas Sutikno.
Wawali Wisnu Sakti Buana memang kembali mencatat persentase tertinggi 5,47%. Namun, angka itu sudah terkoreksi banyak dibandingkan tingkat pengenalannya yang mencapai 39,21%. Sedangkan untuk posisi kedua, Kepala Bappeko Eri Cahyadi mencatat elektabilitas tertinggi kedua 5,04%. Sedangkan Presiden klub Persebaya Azrul Ananda tak bergeser posisinya di urutan ketiga dengan elektabilitas 4,76%.
“Ketiga figur itu meninggalkan nama-nama lain seperti Adies Kadir 2,62%, Fandi Utomo 2,39%, Gus Hans 1,74%, dan Machfud Arifin 1,35%,” sebut Sutikno.
Berikutnya, nama-nama lain mencatat elektabilitas tak sampai 1%, yakni M Sholeh 0,83%, Usman Hakim 0,81%, Fathul Muid 0,33%.
“Karena masih awal, persentase popularitas dan elektabilitas ini masih terlalu dini jika dijadikan acuan siapa wali kota dan wakil wali kota Surabaya berikutnya. Masih ada waktu 7 bulan, semua bisa berubah. Tergantung strategi pendekatan ke publik dan media serta aktivitas masing-masing bakal calon,” pungkasnya.
Riset ini menggunakan multi-stage random sampling dengan melibatkan 450 responden berusia 17 tahun ke atas (memiliki hak pilih). Sampel diambil di seluruh wilayah di Surabaya, dengan jumlah sampel tiap wilayah proporsional terhadap jumlah penduduk Surabaya. Rentan margin of error sebesar 2,5 % dengan tingkat kepercayaan 95%. (ian/rev)