Topang Industri Kerupuk di Sidoarjo, BHS Siapkan Program Swasembada Tepung

Topang Industri Kerupuk di Sidoarjo, BHS Siapkan Program Swasembada Tepung SERAP ASPIRASI: Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengunjungi industri kerupuk, di Desa Kandangan Krembung, Selasa (7/6). foto: MUSTAIN/ BANGSAONLINE

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Keberadaan industri kerupuk di Sidoarjo mendapat perhatian dari bakal calon bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS). Politikus Partai Gerindra ini berharap Kabupaten Sidoarjo nantinya bisa swasembada tepung untuk menopang masa depan industri kerupuk.

BHS mengatakan, para pengusaha kerupuk di Sidoarjo berjumlah sekitar 700 UMKM. Mereka kerap mengeluhkan bahan baku kerupuk, yakni tepung, yang harganya naik turun kisaran Rp 7.000 hingga Rp 10.000.

Baca Juga: Pascadebat Pilkada Sidoarjo 2024, Subandi-Mimik Dihadiahi Batik

"Selayaknya Sidoarjo menerapkan program swasembada tepung untuk menopang ratusan produsen kerupuk di Kecamatan Krembung, Tulangan, Sidoarjo, dan Kecamatan Jabon," cetusnya saat mengunjungi industri kecil kerupuk, di Desa Kandangan Kecamatan Krembung, Selasa (7/4).

BHS menjelaskan, swasembada tepung bisa dilakukan di Sidoarjo. Yakni memanfaatkan 5 persen lahan pertanian di Sidoarjo yang jumlahnya 12.500 hektare. Lahan itu khusus ditanami singkong. Sisanya untuk padi dan sayuran.

"Saat lahan pertanian sudah ditanami singkong, maka saya akan mengundang investor tepung untuk membangun pabrik tepung di Sidoarjo. Hal ini agar pasokan bahan baku tepung tidak hanya mengandalkan dari Jawa Tengah dan Lampung, lantaran harganya sudah dikartalisasi," bebernya.

Baca Juga: Waspadai Pinjol, Indah Kurnia Ajak Pelaku UMKM Bijak Atur Keuangan

Kata BHS, selama ini singkong atau ketela pohon dibeli produsen tepung, seharga Rp 2.500 sampai Rp 3.500 per kilogram dengan perkiraan biaya produksi tepung mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Dengan harga itu, dipastikan harga tepung hanya seharga Rp 5.300 sampai Rp 5.500 per kilogram sampai ke produsen kerupuk. Melalui hitungan itu, maka industri UMKM kerupuk bisa mendapatkan laba 20 sampai 25 persen sekali produksi.

"Selama ini, pemilik UMKM kerupuk, baik di Tulangan maupun Krembung sudah masuk generasi kedua. Tapi mereka bertahan dengan keuntungan sangat minim. Bahkan keuntungannya hanya dua persen atau di bawah deposito. Harusnya keuntungannya di atas bunga deposito. Karena itu, saya berkeinginan mereka pendapatannya terdongkrak, hingga membuat perekonomian Sidoarjo stabil," harap manta anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.

Baca Juga: Terpilih Aklamasi, Zakaria Dimas Nahkoda Baru Hipmi Sidoarjo

Dijelaskan BHS, meski banyak industri kerupuk di Sidoarjo, tak menyurutkan pemasaran. Hal ini lantaran setiap produk kerupuk memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Bahkan sebagian industri itu sudah ahli menciptakan rasa kerupuk.

Hanya saja produk kerupuk satu dengan lainnya dibedakan pada label (kemasan) saja. Sedangkan, kebutuhan kerupuk di Jatim dan nasional sangat besar.

"Kalau memang ada yang siap pemasaran dengan sistem online (digital), maka kami akan kami siapkan tim untuk mengajarinya. Kalau siap akan dimasukkan dalam sentra market yang bakal kami siapkan di Pasar Seni Pondok Mutiara agar bisa bersaing," papar BHS.

Baca Juga: Gelar Silaturahmi dan Bukber, BHS Ingin Sidoarjo Bisa Swasembada Pangan

Pengusaha kerupuk di Desa Kandangan Krembung, Hanif, yang usahanya dikunjungi oleh BHS, mengapresiasi program BHS dalam memperjuangkan UMKM, khususnya pengusaha krupuk yang jumlahnya mencapai hampir seribu orang di Sidoarjo.

"Kami berharap bahan baku tepung mudah diperoleh dan harganya stabil sehingga produksi juga stabil," cetus Hanif. (sta/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO