Tafsir Al-Kahfi 15: Allah SWT Meminta Argumen Kepada Berhala

Tafsir Al-Kahfi 15: Allah SWT Meminta Argumen Kepada Berhala Ilustrasi patung. foto: Klearchos Kapoutsis /Flickr.com/CC BY 2.0

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

15. Haaulaa-i qawmunaa ittakhadzuu min duunihi aalihatan lawlaa ya/tuuna ‘alayhim bisulthaanin bayyinin faman azhlamu mimmani iftaraa ‘alaa allaahi kadzibaan

Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?

TAFSIR AKTUAL

Ayat sebelumnya bertutur tentang keimanan ashabul kahfi yang tangguh. Diancam hukuman mati pun tidak menurunkan tensi keimanan mereka. Lalu ayat kaji ini membandingkan dengan keyakinan wong kafir yang menyembah berhala dan semua sesembahan selain Allah SWT. Seperti orang majusi yang menyembah api, orang nasrani yang menuhankan Yesus, dan lain-lain.

Lalu Tuhan menuntut: "..law la ya'tna 'alaihim bi sulthan bayyin". (Hendaknya mereka memberi argumen yang jelas). Ada dua pemahaman tentang siapa yang diomongi ayat ini:

Pertama, para penyembah selain Allah SWT. Mereka diminta memberi alasan yang jelas, apa dasar mereka menuhankan berhala, menuhankan Yesus, api, atau apa saja. Dari mana nalarnya, kok ada manusia menyembah manusia, apalagi menyembah batu dan kayu.

Kedua, tuntutan tersebut ditujukan kepada "tuhan" selain Allah SWT yang mereka sembah. Tanyakan kepada berhala, tanyakan kepada Yesus, kepada api, dan sebangsanya: "apa alasan mereka hingga berani-beraninya menjadi tuhan yang disembah?". Kemudian, Tuhan menutup ayat pendek itu dengan tesis-Nya yang mematikan, yakni: "fa man adzlam min man iftara 'ala Allah kadziba". Semua itu akal-akalan belaka dan bohong besar yang nyata.

Dan hingga kini, mereka, baik penyembah maupun yang disembah tidak bisa memberi alasan yang masuk akal. Lebih-lebih yang disembah. Yang pasti mereka itu sangat lemah. Jika dia manusia, maka hidup sendiri saja tidak bisa, masih pakai jasa ibunya. Bahkan mempertahanan hidupnya sendiri juga tidak bisa dan dia mati, apalagi memeberi hidup orang lain. Maka al-qur'an mengajak mereka berpikir secara sehat mengenai "tuhan" yang mereka sembah, jangan emosi dan menutup mata.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO