Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
23. Walaa taquulanna lisyay-in innii faa’ilun dzaalika ghadaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”
24. illaa an yasyaa-a allaahu waudzkur rabbaka idzaa nasiita waqul ‘asaa an yahdiyani rabbii li-aqraba min haadzaa rasyadaan
kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
TAFSIR AKTUAL
Kini kita angen-angen ucapan seseorang yang biasa ada di media sosial terkait berita duka. Begitu membaca postingan bahwa Si Fulan wafat, lantas mendoakan: ... semoga HUSNUL KHATIMAH, dan seterusnya. Sungguh doa yang baik, tapi tidak realistis dan sia-sia, karena sudah lewat.
Husn artinya bagus. Khatimah artinya akhir. Akhir hayat yang baik, dalam keadaan baik saat nyawa dicabut. Atau Happy Ending. Semua manusia pasti mengalami akhir kehidupan, alias mati. Dalam agama, ada sifat kematian yang bagus (husnul khatimah) seperti menyebut asma Allah, lalu wafat, dan ini yang sangat sangat kita harap. Amin. Dan ada juga yang buruk (su' al-khatimah). Seperti sedang pesta minuman keras. Na'udz billah. Itu semua sekadar tanda lahiriah. Hakikatnya hanya Tuhan sendiri yang mengerti.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Jadi, label atau cap HUSN (bagus) atau SU' (buruk) itu ada menyertai kematian (al-khatimah) tersebut. Selesai kematian, maka tidak ada lagi label susulan, karena sudah dilabel, sudah dicap, sudah terjadi, dan tidak bisa diubah. Kalau mau mengubah status su'ul khatimah menjadi husnul khatimah ya harus dihidupkan lagi. Lalu berucap "Allah" dan langsung mati. Meski Tuhan maha kuasa, tapi itu jauh dari mungkin.
Jadi, doa semoga husnul khatimah itu sesungguhnya untuk orang yang masih hidup atau menjelang kematian, seperti sakit parah. Atau berdoa untuk diri sendiri: "Ya Allah beri kami akhir hayat yang bagus. Atau meminta orang lain mendoakan dirinya: "Tolong, doakan kami semoga husnul khatimah". Lalu bagaimana?
Ya, ikut tuntunan Rasulullah SAW. Yaitu memohonkan ampunan dan segala kebajikan akhirat untuk si mayit. "allahumm ighfir lahu wa irhamhu ..." dan seterusnya. Apapun sifat kematian si mayit, husnul khatimah atau su'ul khtimah, jika Tuhan berkenan mengampuni, maka baguslah baginya. Justru ampunan dan diterima di sisi-Nya itulah yang utama.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News