SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Adanya beberapa petugas PPDP yang mundur lantaran takut mengikuti rapid test jelang pelantikan PPDP atau Petugas Coklit (pencocokan dan penelitian) daftar pemilih Pilwali 2020, membawa persoalan baru. Padahal, pelantikan PPDP rencananya dilakukan malam ini, Selasa (14/7/2020), di masing-masing kelurahan se-Surabaya.
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) kelabakan mencari pengganti petugas PPDP yang tiba-tiba mundur tersebut.
Baca Juga: Didesak Patuhi Regulasi, KPU Surabaya Tegaskan Pilkada 2024 Berjalan Sesuai Aturan Perundangan
"Kebanyakan mereka mundur karena takut di-rapid test. Mencari orang sebagai pengganti ini yang susah, berat Mas," ungkap salah satu petugas PPK yang tak mau disebutkan namanya kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (14/7/2020) sore.
Menurutnya, mereka yang mundur dikarenakan pernah merasakan traumatis, yakni dirinya yang merasa awalnya negatif, tiba-tiba menjadi reaktif setelah melakukan rapid test. Selain itu, hasil rapid test yang semula rahasia, justru menjadi konsumsi publik.
"Jadi pernah KPU menunjuk salah satu lembaga untuk menggelar rapid test. Dan yang tahu hasilnya nanti hanyalah KPU dan yang bersangkuta. Tapi kenyataannya, lembaga tersebut melempar hasilnya ke puskesmas di kecamatan yang bersangkutan dan tiba-tiba dijemput petugas kesehatan. Hal inilah menimbulkan kegaduhan yang bersangkutan dan malu di kampungnya," jelasnya.
Baca Juga: Jelang Pilwali, KPU Surabaya Buka Pendaftaran untuk 20 Ribu Lebih Petugas KPPS
"Peristiwa yang terjadi itu akhirnya menjadi pemicu bagi yang mendaftar PPDP. Karena ujung-ujungnya pasti yang akan menjadi tumpahan kekesalan para pendaftar, yakni PPS dan PPK," sambungnya.
"Ya sebenarnya belasan orang aja sih Mas yang mundur, tapi berat Mas mencari orang yang mau menjadi PPDP dalam waktu yang mepet," keluhnya lagi.
Anehnya lagi, para pendaftar itu tetap harus mengikuti rapid test, meski sudah memiliki hasil swab test. Karena dalam regulasi di KPU, harus mempunyai hasil rapid test yang nonreaktif, bukan swab test. Meski hasil swab negatif, tetap KPU minta untuk dilakukan rapid test.
Baca Juga: Bersama Pewarta Foto Indonesia, KPU Surabaya Gelar Sosialisasi Pemilu di SMA Wijaya Putra
"Padahal, hasil rapid test jika reaktif belum tentu Covid-19, bisa karena faktor penyakit lain. Tapi karena faktor trauma yang pernah terjadi itulah, mereka yang mendaftar jadi takut, yang awalnya negatif, ketika di-rapid test tiba-tiba reaktif," ulasnya lagi.
Sampai berita ini selesai ditulis, PPK belum memastikan sudah dapat atau belum pengganti PPDP yang mundur. Padahal, besok sudah harus melakukan coklit daftar pemilih. "Saya masih fokus untuk pelantikan malam ini Mas," tukasnya. (sby2/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News