BANGSAONLINE.com - Mantan Raja Spanyol Juan Carlos menghadapi penyelidikan di dalam dan luar negeri karena korupsi. Dia mengumumkan pada hari Senin kemarin, pergi ke wilayah pengasingan.
Pria 82 tahun ini mengabarkan bahwa ia meninggalkan Spanyol melalui sepucuk surat kepada putranya, Raja Felipe VI. Dia menerima keputusan anaknya dan berterima kasih padanya. Demikian kata istana dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Destinasi Wisata Terpopuler di Jepang: Panduan Lengkap untuk Liburan Anda
"Dipandu oleh keyakinan untuk melayani rakyat Spanyol, lembaga-lembaganya, dan Kamu anakku adalah raja. Ayahmu ini memberi tahu keputusan pergi ke pengasingan di luar Spanyol," tulis Juan Carlos. "Ini keputusan saya ambil dengan kesedihan yang mendalam, tetapi ketenangan pikiran," tambahnya. Dia tidak mengatakan ke mana akan pergi.
Penyelidikan sedang berlangsung di Swiss dan Spanyol di mana media secara teratur mempublikasikan rincian pengelolaan dana yang amburadul, yang diduga aliran dana kepada mantan Raja dari Arab Saudi.
Mahkamah Agung Spanyol pada Juni mengumumkan, penyelidikan untuk menentukan tanggung jawab hukum mantan raja - tetapi karena kekebalan yang ia pegang hanya untuk tindakan yang dilakukan setelah turun tahta.
Baca Juga: Perjanjian Internasional Akhiri Pencemaran Plastik Gagal, Negosiasi Akan Dilanjut Tahun Depan
Kecurigaan fokus pada Rp 1,47 triliun yang diduga telah dibayarkan secara diam-diam ke rekening bank Swiss pada 2008.
Setelah serangkaian pemberitaan media, Perdana Menteri Sosialis Pedro Sanchez berbicara pada bulan Juli mengatakan, "Seluruh penduduk Spanyol menerima informasi yang mengganggu, yang mengganggu kita semua, termasuk saya."
Pengacara mantan raja Javier Sanchez-Junco, mengeluarkan pernyataan pada hari Senin, mengatakan kliennya tidak berusaha melarikan diri dari keadilan dengan pergi ke pengasingan dan akan tetap tersedia untuk jaksa penuntut.
Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara
Raja Populer
Juan Carlos naik tahta pada tahun 1975 atas kematian Francisco Franco dan memerintah selama 38 tahun sebelum menyerah karena putranya Felipe VI pada Juni 2014.
Dia adalah tokoh yang populer selama beberapa dekade, memainkan peran penting dalam transisi demokrasi dari kediktatoran Franco yang memerintah Spanyol 1939-1975.
Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina
Situs web Royal House, mencatat bahwa Felipe ingin menekankan pentingnya sejarah pemerintahan ayahnya "dalam pelayanan Spanyol dan demokrasi."
Penyelidikan dibuka di Spanyol pada September 2018 setelah publikasi catatan yang dikaitkan dengan pengusaha Jerman Corinna Larsen, yang diduga mantan nyonya Juan Carlos. Dia mengklaim telah menerima komisi ketika konsorsium perusahaan Spanyol dianugerahi kontrak kereta api kecepatan tinggi untuk menghubungkan kota-kota suci Muslim di Mekah dan Madinah di Arab Saudi.
Larsen mengatakan kepada penyelidik Swiss bahwa dia telah mentransfer hampir 65 juta euro (Rp 1,1 triliun) di Bahama, "bukan untuk menghilangkan uang" tetapi "karena rasa terima kasih dan karena cinta," menurut harian El Pais.
Baca Juga: China Kecam Aksi AS Tembak Balon Udara yang Dituduh Alat Mata-mata
Media Swiss melaporkan Maret lalu bahwa Juan Carlos dibayar Rp 1,47 triliun ke rekening bank Swiss milik Yayasan Panama oleh Raja Saudi Abdullah pada 2008.
Bulan yang sama The Daily Telegraph di Inggris melaporkan bahwa Felipe VI juga merupakan penerima manfaat dari yayasan ini.
Akhirnya, Raja mencabut tunjangan kerajaan untuk ayahnya sebesar Rp 3,4 miliar setahun, dan meninggalkan warisannya. Ini untuk melestarikan teladan pura mahkota.
Baca Juga: Raja Katolik Spanyol Bantai Ratusan Ribu Yahudi, Raja Islam Maroko Melindungi
Outlet online El Espanol melaporkan bahwa pengacara Swiss Dante Canonica mengatakan kepada kantor kejaksaan umum Jenewa, bahwa ia telah diperintahkan untuk memblokir dana yang dibayarkan kepada Juan Carlos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News