KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Sedikitnya 200 lebih kendaraan angkutan perkotaan (angkot) dari 9 jalur di Kota Batu terpaksa dikandangkan pemiliknya. Hal itu mereka lakukan menyusul sepinya penumpang di tengah pandemi Covid-19.
"Dari 380 armada angkutan kota dari 9 jalur, yang saat ini beroperasi hanya sekitar seratusan. Itu pun kalau pagi. Jika sudah siang paling hanya sekitar 25 armada," ujar Heri Junaidi, Ketua Paguyuban Sopir Angkot 9 jalur di Kota Batu, Rabu (16/9).
Baca Juga: 978 Sopir Angkot dan Tukang Ojek di Kota Batu Dapat BLT BBM
Sembilan jalur angkot yang kondisinya sangat memprihatinkan itu yakni jurusan Batu-Selecta, Batu-Landungsari, Batu-Songgoriti, Batu-Karangploso, Batu-Torong, Batu-Junrejo-Landungsari, Batu-Bumiaji, Batu-Sumberejo dan Batu-Ngantang.
Menurut Heri Junaidi, sepinya penumpang membuat sopir angkot di Kota Batu saat ini terpuruk. Selain mereka tidak bisa setoran, juga banyak yang tidak bisa mencukupi nafkah keluarganya, sehingga banyak yang banting setir mencari usaha lain.
Ia juga menyatakan, bahwa para sopir selama ini belum tersentuh bantuan dari Pemerintah Kota Batu. Namun dari hasil audiensi Kepala Dinas Perhubungan dengan Wali Kota Batu kemarin, para sopir sudah dijanjikan bantuan.
Baca Juga: Kopi Asal Kota Batu Diminati Perusahaan Asal Mesir, Pesan 240 Ton untuk Tahun 2022
"Ya, dari hasil audiensi kemarin, para sopir katanya mau diberi bantuan dari Pemkot Batu. Kami berharap bantuannya tidak lewat desa, tetapi Dinas Perhubungan. Jika lewat desa banyak sopir yang tidak dapat," terangnya.
Keterpurukan para sopir ini juga diakui Suwaji, pemilik angkot jurusan Batu-Selecta. Ia mengakui kendati tempat wisata telah beroperasi, namun tetap saja penumpang sepi. Sebab mayoritas wisatawan menggunakan kendaraan pribadi.
"Tetap sepi, Mas. Orang yang berwisata banyak yang naik mobil pribadi. Sekarang banyak teman-teman yang tidak kerja," ungkapnya.
Baca Juga: Wali Kota Batu: Perkembangan UMKM Dipengaruhi Tingginya Kunjungan Wisatawan
Bahkan, ia mengungkapkan saat ini banyak pengusaha angkot yang gulung tikar karena pendapatan dengan pengeluaran untuk membeli bahan bakar dan perawatan tidak sebanding.
"Kadang sehari saya hanya dapat 15 ribu dan 20 ribu. Bahkan kadang tidak dapat uang sama sekali," tuturnya. (asa/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News