Begini Siasat Pengrajin Tempe di Blitar Saat Harga Kedelai Melambung

Begini Siasat Pengrajin Tempe di Blitar Saat Harga Kedelai Melambung Pengrajin tempe di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. (foto: ist)

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pengrajin di Blitar harus memutar otak agar usahanya tetap berjalan. Pasalnya, bahan baku produksi yaitu kedelai, mengalami kenaikan harga sejak pertengahan Desember 2020 lalu.

Tak hanya memengaruhi produsen tahu dan besar saja, namun pengrajin rumahan juga merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai ini.

Baca Juga: Pabrik Gula RMI Blitar Targetkan Produksi 1,1 Juta Ton pada 2024

Seperti halnya yang dialami oleh Rizquna Muafiq, pengrajin rumahan asal Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Dia mengatakan, sejak pertengahan bulan Desember tahun 2020 lalu, harga kedelai di pasaran berangsur naik.

Sebelumnya, harga kedelai di pasaran Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilonya. Namun,  mulai pertengahan Desember harga kedelai naik hingga Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram.

"Yang jelas berpengaruh terhadap produksi. Sekarang ini banyak pengrajin yang memilih untuk mengurangi atau mengubah ukuran dari potongan , sehingga biaya produksi bisa seimbang dengan harga jual produk. Tapi kalau saya tidak begitu, saya lebih memilih untuk sementara menambal atau menambahi biaya produksi daripada mengubah ukuran potongan lebih kecil," ujar Rizquna saat ditemui di rumahnya, Selasa (5/1/2021).

Baca Juga: Usai Lebaran, Bupati Blitar Kembali Genjot Program OVOP

Alasan Rizquna tidak mengubah ukuran adalah untuk menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. "Lagi pula hal semacam ini (kenaikan harga kedelai) juga sudah biasa terjadi, rutin setiap akhir tahunnya pasti akan ada kenaikan harga kedelai," tandasnya.

Hal yang sama dirasakan Yudi, pengrajin di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Namun berbeda dengan Rizquna, dia memilih mengurangi ukuran buatannya. Di awal-awal mengubah ukuran, pelanggan komplain sehingga membuat sepi pembeli. Namun berkat ketelatenan Yudi menjelaskan penyebab ukuran berubah, buatannya kembali laris manis dibeli pelanggan.

"Siasatnya saya mengubah ukuran . Awalnya pelanggan sepi, mereka tidak mau beli karena ukurannya berubah. Tapi saya telaten menjelaskan ke mereka harga kedelai naik, dan mungkin mereka juga sudah tahu dari media kalau kedelai memang mahal, akhirnya pelanggan kembali lagi," ujar Yudi.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Kota Pasuruan Mengeluh

Perlu diketahui, mayoritas pengrajin di Blitar menggunakan kedelai impor untuk produksi. Kedelai impor biasanya diperoleh dari pedagang di Pasar Legi Kota Blitar yang menyediakan berbagai bahan baku produksi tahu dan .

"Bahannya kami beli di Pasar Legi Kota Blitar. Di sana ada kedelai impor dari USA yang bagus untuk bahan baku utama . Tapi ya itu harganya mahal sekarang, dan ini harga termahal sejak saya usaha jualan selama dua tahun ini," pungkas Yudi. (ina/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO