SURABAYA, BANGSAONLINE.com - International Women's Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tanggal 8 Maret. Perayaan pertama dilakukan pada tahun 1909 di New York, Amerika Serikat dan akhirnya rutin dirayakan setiap tahun di seluruh dunia.
Setiap tahun, IWD memiliki tema khusus, termasuk pada 2021 yang mengambil tema #ChooseToChallenge. Banyak aktivis perempuan merespons peringatan IWD sebagai momen spesial. Di antaranya adalah aktivis millenial NU yang masuk dalam 22 Tokoh Muda Inspiratif Jatim versi Forkom Jurnalis Nahdliyin, Lia Istifhama.
Baca Juga: Peringati Hakordia, Anggota DPD Lia Istifhama: Momentum Lumpuhkan Kejahatan Kerah Putih
“Pada tema Choose to Challenge, maka kita semua kaum perempuan diharapkan lebih termotivasi untuk menunjukkan peran di sektor publik dan semakin berani, lebih percaya diri dalam berkompetisi. Kompetisi di dalam ranah publik, umumnya berkaitan dengan kepemimpinan. Sekalipun, berbicara konteks kepemimpinan tidak semata sebagai ‘kepala daerah’, melainkan kompetisi bisa dalam berbagai aspek, di antaranya membuat karya dalam bidang literasi," ujar ibu dua anak asal Wonocolo, Surabaya itu, Minggu (7/3/2021).
Lia melanjutkan, saat kaum perempuan berbicara konteks kompetisi membangun peran, termasuk dalam kaitannya sebagai seorang leader, maka di situlah perempuan sangat mungkin menampilkan diri sebagai pemimpin sejati. Lia mengaku sering menyampaikan ajakan dalam sebuah forum, agar kita bangun peran perempuan dengan tagline, ‘Leadership Is Action, Not Position’.
"Dalam hal ini, saat kita jadi pemimpin, maka tunjukkan kita ingin melakukan aksi nyata sebagai identitas kepemimpinan, bukan mengkultuskan diri sebagai pemilik sebuah jabatan," imbuh doktor dari UINSA Surabaya tersebut.
Baca Juga: Yakin Khofifah-Emil Menang Tebal, Lia Istifhama: Simbol Kemenangan Rakyat
Perempuan yang tahun 2020 lalu menyandang penghargaan sebagai Tokoh Muda Peduli Covid-19 versi ARCI itu menjelaskan konsep menarik yang dibuatnya sebagai bentuk deskripsi pemimpin ideal.
Ia mengaku menemukan inpirasi tentang konteks pemimpin ideal saat menyiapkan materi untuk mengisi pelatihan Korpri PMII UINSA. Hal ini ia rumuskan dalam satu kata, yaitu ‘P-E-R-E-M-P-U-A-N’. Unsur kata tersebut adalah pengejawantahan dari kata: Personality, Empathy, Responsibility, Equity, Motivation, Positivity, Universal, Analytical, dan Negotiating.
"Menuju kesempurnaan sebuah leadership, memang keniscayaan karena tidak ada satupun manusia terlahir sempurna. Namun setidaknya, perempuan saat memimpin, umumnya lebih dikenang dan dicintai karena kepekaan mereka lebih kuat secara gender," ujar semifinalis Cak dan Ning Surabaya tahun 2005 ini.
Baca Juga: Kunker ke SMKN 3 Bangkalan, Anggota DPD Lia Istifhama Disambati Inpassing dan Sertifikasi Guru
Dosen yang kerap dipanggil Ning Lia tersebut tak menampik kebanggaannya pada para pemimpin perempuan Indonesia yang telah dikenal publik, bahkan internasional. Secara lugas, ia menyebut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Ketua TP PKK Jatim Arumi Bachsin, dan Wali Kota Surabaya dua periode, Tri Rismaharini yang saat ini menjabat sebagai Menteri Sosial RI.
"Mereka ini adalah figur pemimpin perempuan yang memiliki karakter. Saya sangat apresiasi kepada mereka," pungkas Lia. (mdr/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News