Inilah Kondisi Terkini Arosbaya Bangkalan yang Dulu Dibantai Covid-19

Inilah Kondisi Terkini Arosbaya Bangkalan yang Dulu Dibantai Covid-19 Lisa Muyassir dan suaminya. Foto: ist

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Kecamatan Madura sempat menjadi sorotan nasional karena angka kasus sangat tinggi. Bahkan sempat mencapai rekor nasional. Akibatnya, dua sisi jembatan Suramadu yang menghubungan Madura dengan Surabaya sempat disekat agar kasus di ujung barat Pulau Madura itu tak menjalar ke daerah lain.

Lalu bagaimana kodisi terkini di daerah barat ujung Madura itu? Benarkah masuk zona kuning seperti diklaim pemerintah? Simak laporan BANGSAONLINE.com hari ini, Senin (5/7/2021). 

Baca Juga: 2 Hari Pencarian, Jasad Santri Hanyut di Blega Bangkalan Akhirnya Ditemukan

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, sempat mencekam. Bahkan tidak hanya kecamatan yang dibantai virus corona, tapi juga . Kemudian menjalar ke kecamatan Geger. Bahkan dan Geger sempat dikategorikan zona hitam.

“Dulu sehari ada 6 orang meninggal. Itu di kampung sini saja. Gak tahu di kampung sebelah. Pokoknya mengerikan,” kata Lisa Muyassir, warga kepada BANGSAONLINE.com.

Angka kematian yang diceritakan Lisa Muyassir itu hanya dalam satu kampung, bukan desa, apalagi kecamatan. Artinya, di tingkat desa, lebih-lebih tingkat kecamatan, jauh lebih besar lagi. Sampai RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu kewalahan menangani orang meninggal. Bahkan sempat dikabarkan kekurangan peti mati.

Baca Juga: Banjir Rendam 2 Kecamatan di Bangkalan

“Sempat kekurangan peti mati. Saya malam-malam ditelepon minta dikirim peti mati,” kata Nur Syamsiah, penyuplai alat-alat kesehatan, yang melayani pengiriman peti mati ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu kepada BANGSAONLINE.com.

(Petugas sedang menyemprotkan disinfektan ke rumah penduduk . foto: bangsaonline.com)

Baca Juga: Banjir Bangkalan Telan Korban, Santri Hanyut Terseret Arus

Saking parahnya, bahkan KH Imamul Muttaqin mengatakan bahwa telah membantai masyarakat , terutama Kecamatan dan . “Di Bator dan sekitarnya mulai Ahad sampai Rabu (4 hari-Red) sebanyak 25 orang meninggal,” kata KH Imamul Muttaqin Djauhari dari Pondok Pesantren Darul Hikmah, Langkap, Kecamatan Burneh, , Madura seperti dikutip BANGSAONLINE.com, Rabu (23/6/2021). Pernyataan Kiai Imamul Muttaqin itu disampaikan dalam video berbahasa Madura.

(KH Imamul Muttaqin. foto: youtube)

Baca Juga: Mahasiswa UTM Jadi Korban Jebakan Benang Nilon saat Naik Motor di Jembatan Suramadu

Menurut Lisa Muyassir, warga sempat dicekam ketakutan. Mereka tak berani keluar luar. Bahkan untuk belanja kebutuhan sehari-hari saja mereka enggan. “Mereka lockdown sendiri,” katanya.

Padahal sebelum diserang , warga selalu menggelar acara-acara besar. Termasuk resepsi pernikahan dengan mengabaikan protokol kesehatan. Dan dalam kehidupan sehari-hari mereka tak pakai .

“Dulu pakai ditertawakan. Sekarang mereka pakai rangkap tiga,” kata Lisa Muyassir.

Baca Juga: Anggota Komisi V DPR RI Gelar Sosialisasi Empat Pilar Bersama Komunitas Song Osong Lombhung

Angka warga terserang dan yang meninggal dunia saat itu memang luar biasa tinggi di . Sampai sangat terkenal karena tiap hari masuk TV dan koran dan media online.

“Waktu saya ke Surabaya kulakan di pasar Kapasan Surabaya, begitu orang tahu saya dari Madura, mereka nanya apa sampean dari ,” kata Lisa Muyassir yang sehari-harinya berjualan pakaian di Pasar .

Namun kini kondisi sudah membaik. “Sudah empat hari ini tak ada orang meninggal,” kata Misdi, warga , yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkutan kepada BANGSAONLINE.com, Senin (5/7/2021).

Baca Juga: Tim SFQR Lanal Batuporon Gagalkan Pengiriman Puluhan Karton Rokok Ilegal dari Pamekasan

Lisa Muyassir juga menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, dalam beberapa hari ini ia tak mendengar ada orang meninggal. “Ya sekarang di kampung saya sudah tak ada orang meninggal. Semoga kondisi ini terus membaik,” harapnya.

Menurut dia, banyak sekali upaya yang dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penularan di . Selain mengharuskan masyarakat pakai dan menjaga jarak, juga melarang berkerumun. Selain itu tiap hari rumah penduduk di kampung-kampung -terutama pasar - disemprot disinfektan. 

"Saat itu tiap hari pasar dan kampung disemprot," katanya. 

Baca Juga: Ibunda Mahfud MD Wafat di Pamekasan, Tinggalkan 6 Anak, 30 Cucu dan 50 Cicit

Ia juga menceritakan bahwa situasi di kini sudah tidak ketat seperti dulu. Dulu, tutur Lisa, setiap sudut kampung dijaga anggota TNI dan polisi. Semua orang yang lewat diperiksa.

“Sekarang sudah tidak. TNI dan polisi tetap ada. Tapi di pos,” katanya. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO