Poros Baru: Qatar-Afghanistan-Tiongkok, Baradar Capres Terkuat

Poros Baru: Qatar-Afghanistan-Tiongkok, Baradar Capres Terkuat Abdul Ghani Baradar, negosiator Taliban yang kini calon kuat Presiden Afghanistan. Foto: REUTERS/Ibraheem al Omari/Tempo.co)

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Benarkah Afghanistan di bawah Taliban akan meninggalkan Turki-Rusia dan membuat poros baru Qatar-Afghanistan-Tiongkok?

Silakan baca tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, berjudul Poros Baru di Disway pagi ini, Selasa 7 September 2021. BANGSAONLINE.com menurunkan tulisan wartawan handal itu secara lengkap. Selamat membaca:

ADA pertanda-pertanda lain di Afghanistan. Kelihatannya negeri itu akan punya poros baru: Afghanistan-Qatar-Tiongkok. Tidak melibatkan langsung Turki. Atau Rusia.

Presiden Joe Biden baru saja menegaskan: penarikan tentara dari Afghanistan menandai berakhirnya peran Amerika sebagai polisi dunia. Itu diucapkan Biden Kamis lalu (2/9/2021). Ketika ia berpidato resmi mengenai keputusannya menarik diri dari Afghanistan.

Dengan poros Qatar-Afghanistan-Tiongkok itu ada harapan Taliban 2.0 tidak mengulangi Taliban 1.0. Qatar adalah ”Amerika di Timur Tengah”. Al Jazeera ada di Qatar. Pangkalan militer Amerika ada di Qatar.

Qatar tidak bermusuhan dengan Iran –meski tidak juga mesra. Ceruk gas di laut dalam terbesar di dunia dimiliki bersama Qatar dan Iran. Qatar menyedotnya dari sisi barat. Iran dari sisi timur.

Lihatlah: ternyata Qatar yang ditunjuk untuk menghidupkan Bandara Kabul. Bukan Turki.

Jumat lalu 3/9/2021 bandara itu sudah mulai beroperasi. Untuk penerbangan domestik. Ariana Airlines sudah terbang ke tiga kota. Ke Herat di barat, ke Kandahar di selatan, dan ke Mazar-i-Sharif di utara.

Itu berarti satu napas kehidupan mulai bergerak. Ariana adalah ”Garuda”- nya Afghanistan. Ariana adalah nama lama Afghanistan –dengan wilayah lebih luas dari Afghanistan sekarang. Ariana milik bank sentral Afghanistan: Pashtany Bank.

Kalau saja Qatar mau ”menggendong” Afghanistan –demi stabilitas kawasan itu– sebenarnya cukup. Seperti Hong Kong pernah ”menggendong” provinsi Guangdong dan Taiwan pernah ”menggendong” provinsi Fujian. Itu terjadi di awal kebangkitan ekonomi Tiongkok.

Qatar punya kemampuan keuangan untuk sekadar menggendong Afghanistan. Guangdong berpenduduk 90 juta orang. Fujian 70 juta orang. Afghanistan hanya 35 juta orang.

Taliban kelihatannya cocok dengan Qatar. Rapat-rapat Amerika dengan Taliban berlangsung di Qatar.

Kini Qatar dipercaya menghidupkan Bandara Kabul. Juga akan menjadi tempat berbagai negosiasi antara negara Barat dan Afghanistan.

Mungkin Arab Saudi yang kurang suka dengan terbentuknya poros itu. Tapi Saudi lebih tidak suka lagi kalau poros itu Turki-Afghan-Tiongkok. Pun Tiongkok. Juga kurang suka itu – terkait dengan Xinjiang yang dulu pernah disebut sebagai Turkistan.

Sengketa sengit Saudi-Qatar memang sudah mulai reda. Saudi juga sudah batal membangun laut-buatan untuk memisahkan daratan Saudi dengan Qatar –saking emosinya.

Saudi juga terlalu anti-Iran – padahal dalam masalah energi Afghanistan tergantung kepada Iran. Dan lagi 25 persen penduduk Afghanistan adalah suku Hazara yang Shiah.

Tentu poros Qatar-Afghanistan-Tiongkok akan lebih mulus bilamana Abdul Ghani Baradar terpilih sebagai presiden baru Afghanistan. Baradar adalah satu dari empat deputi yang sangat dekat dengan Haibatullah Akhundzada –pemimpin spiritual tertinggi Afghanistan.

Sampai kemarin pemerintahan Taliban 2.0 memang belum terbentuk. Jumat-keramat yang dinanti, ternyata lewat tanpa pengumuman apa pun. Sabtu yang ditunggu juga lewat. Tapi sumber intelijen di Pakistan santer menyebutkan Baradar lah kandidat kuat presiden baru Afghanistan.

Tentu Amerika dan Qatar sangat senang mendengar itu. Demikian juga saya. Baradarlah –yang bahasa Inggrisnya begitu bagus– yang memimpin delegasi Taliban berunding dengan Amerika. Berkali-kali. Di Qatar.

Baradar jugalah yang mengatakan Taliban 2.0 sudah lebih berpengalaman dibanding Taliban 1.0. Maksudnya: tidak akan lagi brutal seperti dulu.

Tersiar juga kabar pemimpin tertinggi spiritual Afghanistan Haibatullah Akhundzada hanya akan mengurus soal praktik keagamaan. Tidak akan campur tangan urusan pemerintahan.

Sejak Jumat lalu kepala intelijen Pakistan, Letnan Jenderal Faiz Hamid tiba di Kabul. Sehari kemudian, Sabtu, ia mengemukakan perasaan leganya: Afghanistan akan baik-baik saja. Akan kembali normal. Sesuai dengan yang dijanjikan.

Memang ada 17 orang yang mati di Kabul Jumat lalu. Tapi itu akibat kegembiraan yang berlebihan: banyak senjata dibunyikan. Maksudnya ke atas, ke arah langit. Tapi banyak yang salah arah. Hari itu Taliban mengumumkan provinsi Panjshir sudah sepenuhnya di tangan Taliban –yang dibantah pejuang anti-Taliban.

Kabul (bukan Tessy), Taliban (bukan tali rafia), dan Afghan (bukan penyanyi) memang sudah kurang disebut lagi di medsos. Tapi tiga kata itu tetap akan jadi meme yang lucu. (Dahlan Iskan)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO