SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Perampok bank itu ternyata pegawai bank itu sendiri. Namanya John Conrad. Ia dikejar oleh polisi hebat: John Elliott. Saking hebatnya sampai masyarakat memanggil polisi itu Kredibel. Kena?
Simak tulisan wartawan kawakan, Dahlan Iskan, di Disway, HARIAN BANGSA, dan BANGSAONLINE.com pagi hari ini, Selasa 16 November 2021. Selamat membaca:
Baca Juga: Mahfud MD: Seharusnya Polisi Tak Sungkan Periksa Budi Arie, karena Jantung Persoalan
INILAH cerita yang sama sekali tidak ada gunanya bagi Anda. Yakni tentang polisi hebat. Yang sampai pun meninggal dunia, tahun lalu, tidak berhasil mengejar buronannya.
Nama polisi itu: Kredibel. Ups, itu nama panggilan. Nama aslinya John Elliott. Begitu hebatnya Elliott sampai masyarakat Cleveland, Ohio, memberinya nama panggilan seperti itu.
Elliott terlalu cepat meninggal dunia. Harusnya ia berdoa agar meninggal dunia akhir November 2021. Agar hidupnya di alam baka bisa lebih tenang.
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Jadinya Elliott seperti meninggal dengan masih punya utang sebesar kerbau bengkak.
Perampok bank terbesar di kotanya pada saat itu tidak bisa ia tangkap. Uang bank yang berhasil dirampok saat itu, kalau dinilai sekarang, sekitar Rp 25 miliar. Gak seberapa sih, terutama kalau dibandingkan dengan "perampokan" bansos 52 tahun kemudian.
Waktu itu Elliott masih berumur 32 atau 33 tahun. Masih gesit-gesitnya menjadi polisi.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Karena itu Elliott malu sekali. Seperti celeng ditusuk hidungnya: rumah perampok itu tidak jauh dari rumahnya. Boleh dikata masih bertetangga.
Dan lagi si perampok baru berumur 18 tahun. Itu terjadi tahun 1969. Saat Anda masih belum lahir.
Nama perampok itu juga pakai John: John Conrad.
Baca Juga: Kapolres Mojokerto Kota Pimpin Apel Pengamanan Pilkada 2024
John Elliott mengejar John Conrad.
Gagal. Si perampok sudah kabur jauh.
Sampai sebulan kemudian belum juga tertangkap. Pun setahun kemudian. Sampai pun 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun kemudian.
Baca Juga: Diduga Hendak Culik Anak Kecil di Wonokromo, Wanita Paruh Baya asal Sidoarjo Diserahkan ke Polisi
Pun sampai John Elliott sendiri meninggal tahun lalu. Di usianya yang 83 tahun.
Conrad, yang merampok itu, adalah pegawai bank itu sendiri: Society National Bank Cleveland. Conrad belum satu tahun bekerja di bank itu. Sikapnya begitu baik. Tepercaya.
Jumat sore, 1969, ketika semua pegawai bank sudah pulang, Conrad masih bekerja. Sore itu Conrad meninggalkan bank dengan tenang: menjinjing tas kresek yang biasa ia bawa.
Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Di tas itulah uang bank setara dengan Rp 25 miliar ia bawa kabur.
Besoknya bank itu libur akhir pekan. Lusanya bank juga masih tutup: Minggu.
Baru di hari Senin para pegawai mencari Conrad: kok tumben. Belum masuk kerja. Ketahuanlah: lemari besi di bank itu bobol. Uang di dalamnya lenyap.
Baca Juga: Gara-gara Motor Dipinjam Anak, Pengedar Ganja di Surabaya Ditangkap Polisi
Polisi baru mendapat laporan di hari Senin itu. Telat sekali. Berbagai usaha dilakukan Elliott. Tetap saja gagal.
Satu-satunya keterangan berharga yang bisa didapat adalah: dari temannya. Conrad beberapa kali bercerita bahwa merampok bank itu mudah.
Waktu itu, 1968, Conrad baru saja menonton film baru: tentang perampokan Boston Bank. Judul film itu Anda sudah tahu: The Thomas Crown Affair. Bintang film terkemuka Steve McQueen yang memerankan Thomas Crown –si perampok.
Baca Juga: Dalam Seminggu, Polisi Amankan 15 Pelaku Curanmor, Rata-rata Korban Kurang Waspada
Thomas itu kaya. Pebisnis. Juga pesohor. Ia atlet terkemuka, bintang olahraga. Ia merampok bukan karena uang, tapi hanya untuk permainan kecerdasan.
Ia organisasikan satu tim pelaku perampokan. Tanpa kenal siapa mereka. Sukses. Pelaku diminta menaruh hasil rampokan di tempat sampah. Thomas mengambilnya di situ. Tetap tidak kenal siapa para pelaku itu.
Bank Boston mengadakan sayembara: yang berhasil mengembalikan uang yang dirampok mendapat 20 persennya. Siapa tahu si perampok sendiri yang ikut sayembara.
Salah satu yang tertarik adalah seorang agen asuransi. Asu tenan. Dia cantik sekali. Instingnyi mengatakan Thomaslah yang harus dicurigai. Si Cantik menjalin hubungan dengan Thomas. Sampai saling jatuh cinta.
Thomas pun ingin mengetes apakah Si Cantik benar-benar cinta padanya. Thomas merencanakan perampokan lagi. Setelah berhasil Thomas kirim telegram kepadanyi: baru saja berhasil merampok bank. Agar Si Cantik mengambil uangnya di sebuah kuburan.
Thomas ingin mengujinyi: kalau benar-benar cinta, Si Cantik tentu tidak akan mengajak polisi.
Thomas memata-matai kuburan itu. Ia naik mobil mewah Rolls-Royce. Mendekati lokasi. Ia lihat Si Cantik ternyata mengerahkan polisi. Thomas pun kecewa. Ia melarikan Rolls-Royce-nya ke bandara. Si Cantik mengejar. Agak telat. Ketika Si Cantik tiba di landasan, Thomas sudah menaiki tangga pesawat. Rolls-Royce-nya ditinggalkan begitu saja.
"Ambil mobil itu," kata Thomas. Pesawat pun melaju di landasan pacu.
Uang hasil rampokan ada di mobil itu.
Si Cantik hanya bisa memandangi pesawat yang melaju di langit biru dengan mata berkaca-kaca.
Lokasi pembuatan film itu di daerah Lynnfield, dekat Boston. Di situ tinggal seorang warga yang hidup sederhana dan baik hati: Thomas Randele. Ia punya istri dan satu anak perempuan. Pekerjaannya: bagian pemasaran sebuah industri mobil. Ia juga jadi salah satu pengurus kegiatan golf di Boston.
Enam bulan lalu, Mei 2021, Thomas Randele meninggal dunia. Ia sakit kanker paru. Saat meninggal umurnya 71 tahun.
Pekan lalu, media di Amerika dapat berita besar: Thomas Randele itulah John Conrad. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul Mayat Ovo
C. Okie
Isteri itu lebih jago dari KPK dalam hal melacak uang suaminya
Robban Batang
Nunut komen, 'Uang sitaan dikuasai negara '. d.h.i. KaPolda,Kepala Polisi Dapur.
Leong Putu
Selempitan. Pasti ada yang kenal istilah ini. Adalah cara menyembunyikan uang dari pantauan istri (kalau saya). Seringnya di dompet. Di selah2 dompet yang banyak sekatnya itu. Dimasuki uang yang sudah dilipat sekecil mungkin. Ada pecahan 20ribu atau 50ribu. Agar yang tampak cuma uang di kantong utama. Selempitan saya gak banyak. Rekor cuma 600ribuan. Tapi seneng aja. Tujuan selempitan macam2, tapi paling umum untuk me time. Wkwkwkwk... Itu dulu. Sekarang gak lagi. Sejak saya lupa mengeluarkan dompet dari celana. Langsung masuk mesin cuci. Sore hari saat pulang kerja. Saya lihat dompet saya dijemur, dan ada tulisan : Uang sitaan dikuasai negara. Apvessssss vouuuul...... Namun saat ini ada E-wallet. Saya bisa bikin selempitan lagi. Saya gak pakai OVO. Namun yang satunya. Agar gak ketahuan. Aplikasinya saya masukkan folder yang isinya banyak folder gak aktif.... Agar lolos pantauan istri... wkwkwkwk Tapi sayang, ATM sudah terlanjur dipegang istri. Semua gaji masuk ke situ. Hiks hiks hiks....
pembelajar
OJK yang membunuh mayat tersebut. Jadi teringat cerita kebakaran di suatu rumah sakit. Kebakaran besar di bagian kamar jenazah. Ada beberapa korban. Lima jenazah tewas, dan dua jenazah berhasil melarikan diri.
Kadang eling kadang lali
Setahu saya yg sudah mati itu "OfO"" rental sepeda Listrik yg sdh mendunia tapi banyak sekali yg rusak , akhirnya dijual $1 per unitnya .
Doyan utang
saya baca komen terbaik artikel kemarin. saya sarankan Abah jangan nulis tentang duruan lagi . komennya gak uuenak, gak seenak makan durian.
trio N
Ovo sudah mati terus jenasahnya di bunuh lagi sama ojk,kemudian dikubur ojk dengan pemakaman standart covid 19. Kasihan tetangganya tidak bisa melayat. Bener bener sadis froh.....
Mbah Mars
Vagi-vagi baca artikel Vak DI mantan bos Jawa Vos. Temanya vembunuhan Ovo. Vikiran bingung mau komen ovo ? Vokoknya vusing dech. Sruvutttttt kovi vanas aja...
padas gempal
Saya juga gak vunya, pak Mirza. Domvet yang di saku saja gak ada isinya... Kata teman saya," iki domvet ovo kovyah, kok vodo-vodo gak onok isine? vkvkvkvk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News