Prihatin Kondisi Internal NU Jelang Muktamar, Dzurriyah Muassis NU Keluarkan 3 Imbauan

Prihatin Kondisi Internal NU Jelang Muktamar, Dzurriyah Muassis NU Keluarkan 3 Imbauan Suasana pertemuan masyayikh keluarga pendiri NU di Rumah Pengasuh Ponpes Tebuireng, Kamis (1/12) malam. foto: AHMAD FUAD/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Ketegangan di internal yang menjurus ke perpecahan menjelang Muktamar NU ke-34 akhir-akhir ini, membuat prihatin. 

Ketegangan tersebut diawali dengan dinamika munculnya nama-nama calon Rais Am dan Ketua Tanfidziyah yang mengatasnamakan PWNU. Ditambah, adanya surat perintah agar pelaksanaan Muktamar NU ke-34 dipercepat, yang ditandatangani langsung Penjabat (Pj.) Rais Am, KH. Miftahul Akhyar.

Menyikapi hal tersebut, berkumpul di Pondok Pesantren , Jombang, untuk membahas dinamika yang terjadi jelang Muktamar NU.

" berkumpul di ini prihatin dikarenakan dinamika di tubuh akhir-akhir ini carut-marut," ujar KH. Fahmi Amrulloh, Cucu Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy'ari kepada BANGSAONLINE.com usai pertemuan di Dalem Kasepuhan Ponpes , Rabu (1/12) malam.

Gus Fahmi -sapaannya- menegaskan bahwa pertemuan itu atas inisiatif para dzurriyah muassis NU (keluarga para pendiri NU) sendiri. "Tujuanya ingin menyadarkan kepada para pengurus NU dan warga nahdliyin, bahwa NU ini dibentuk bukan untuk kepentingan golongan, apalagi kepentingan pribadi untuk merebut kekuasaan," tuturnya.

"Biarlah muktamirin yang memilih sesuai hati nurani. Muktamar yang bersih akan melahirkan kepengurusan yang bersih," tambahnya.

Selain Gus Fahmi, para dzurriyah yang turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin (Dzurriyah KH Hasyim Asy'ari), KH Sholahudin atau Gus Udin (Dzurriyah KH. Ridwan Abdullah), KH Wahab Yahya atau Gus Wahab (Dzurriyah KH. Wahab Chasbullah), KH. Hasyim Nasir atau Lora Hasyim (Dzurriyah Syaikhona Kholil), dan Gus Mahasin (Kakak Kandung Gus Baha).

Berikut tiga poin imbauan kepada dan Nahdliyin:

1. Hendaknya semua pihak mengingat, bahwa niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan). Karena itu kita wajib menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.

2. Hendaknya semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun menyangkut keputusan-keputusan penting. Semua keputusan bersifat kolektif kolegial (keputusan bersama), dan tidak mengambil keputusan sendiri-sendiri, baik jajaran syuriah maupun tanfidiziyah.

3. Mengharap kepada semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri, tidak melakukan aksi dukung mendukung yang menimbulkan potensi perpecahan. Tradisi dukung-mendukung calon bukanlah tradisi ulama-ulama NU, karena jam'iyyah NU bukanlah parpol, sehingga ulama NU jaman dulu menjaga tradisi saling menolak jabatan. (afa/rev)

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO