Resolusi 2022: Ekspor Olahan Produk Pertanian, hingga Peningkatan Kualitas Komoditi Perkebunan

Resolusi 2022: Ekspor Olahan Produk Pertanian, hingga Peningkatan Kualitas Komoditi Perkebunan Marzuki Abdul Ghofur dan Lia Istifhama dalam sebuah kesempatan. foto: ist.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pertanian diharapkan menjadi resolusi penguatan perekonomian bangsa pada tahun 2022. Setidaknya ini yang tersirat oleh semangat Kementerian Pertanian (Kementan) yang berhasil menutup tahun 2021 dengan peningkatan .

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan pada acara Gebyar Ekspor di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, yang digelar secara virtual, Jumat (31/12/2021), bahwa Indonesia berhasil meng produk dari 34 provinsi dengan volume mencapai 1,3 juta ton atau senilai Rp 14,4 triliun ke 124 negara.

Capaian ini memantik apresiasi banyak pihak. Tak terkecuali para pemerhati . Di antaranya adalah Haji Marzuki Abdul Ghofur, yang merupakan pelaku usaha beberapa komoditi , dan Lia Istifhama, Ketua DPD .

“Pertanian terbukti bertahan di era pandemi dan menjadi penyokong penting dalam ketahanan bangsa, khususnya pangan," ujar Marzuki saat dikonfirmasi, Senin (3/1).

Namun, Tokoh NU Kencong yang akrab disapa Abah Marzuki ini berharap komoditi yang di adalah produk-produk olahan. Dengan begitu, nilai jualnya pun lebih tinggi ketimbang produk mentah.

“Selain komoditi , komoditi perkebunan, seperti tebu yang merupakan bahan utama gula, harus terus bertahan, bahkan mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas sehingga mampu bertahan di tengah pasar global. Terlebih, pasokan gula di Jawa timur meng-cover 45% kebutuhan Nasional," imbuh pria yang juga dikenal sebagai petani tebu tersebut.

Senada, Lia Istifhama menjelaskan pentingnya realisasi prinsip hasil yang dijelaskan oleh Gubernur Khofifah dalam beberapa kesempatan, yaitu tanam, petik, olah, kemas, jual.

“Dengan memenuhi unsur tanam, petik, olah, kemas, dan jual, maka produk pun akan semakin naik kelas dengan menjadi produksi pangan olahan terkemas. Saat menjadi produk olahan, maka potensi lokal sangat mudah terdorong untuk memasuki pasar global,” terang Doktoral Ekonomi Syariah UINSA ini.

Apalagi, lanjutnya, di era 5.0 ini digitalisasi sangat mendominasi. Maka, produk olahan sangat memungkinkan dapat memasuki kompetisi dalam pasar digital.

“Dalam hal ini, digital secara otomatis banyak membawa perubahan, termasuk pasar yang umumnya mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung, berangsur berubah dengan pertemuan secara virtual. Dan kemasan menarik sebuah produk pangan, akan menjadi penentu bagaimana produk diterima oleh pangsa pasar,” jelasnya.

“Unsur menarik dan daya tahan lamanya sebuah produk, atau yang terkait durable dan non durable-nya sebuah produk, juga menjadi penentu utama. Karena pastinya banyak konsumen yang lebih memilih produk yang tidak cepat basi. Dengan kata lain, frozen food bisa menjadi solusi penting dalam pengolahan produk ,” pungkasnya. (mdr/mar)

Lihat juga video 'Mahasiswa Indonesia Bekerja Part Time Sebagai Petani di Jepang, Viral Karena Gajinya, ini Kisahnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO