Elektabilitas Puan Dipastikan Makin Jeblok, Akibat PDIP Tak Konsisten, Dukung Kenaikan Harga BBM

Elektabilitas Puan Dipastikan Makin Jeblok, Akibat PDIP Tak Konsisten, Dukung Kenaikan Harga BBM Puan Maharani saat menangis saat masih anggota Fraksi PDIP karena Presiden SBY menaikkan harga BBM pada 2008. Foto: wartakota

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Nasib Puan Maharani tampaknya makin terpuruk dalam konstestasi pemilihan presiden pada 2024. Putri Megawati Soekarnoputri yang digadang-gadang untuk menggantikan Joko Widodo sebagai presiden RI itu dipastikan semakin jeblok elektabilitasnya akibat mendukung kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), disamping sikap PDIP dalam kasus langkanya minyak goreng.

Setidaknya itulah yang terekam dalam percakapan para tokoh, kiai, ulama, tuan guru, pengamat, aktivis, dan rakyat Indonesia di grup WhatsApp (WA) dan media sosial lain, termasuk netizen di medsos.

Baca Juga: Jember Tercatat Sebagai Daerah Inflasi Tertinggi se-Jatim, Kepala BPS Sebut Ada Kelalaian TPID

“Dulu Mega nangis saat Presiden SBY menaikkan harga BBM. Bahkan sebagai ketua umum Mega menginstruksikan agar semua kader PDIP di daerah menolak kenaikan BBM,” kata seorang tokoh di yang kemudian mendapat respon semua yang ada dalam grup-grup WA itu.

PDIP bahkan memasang spanduk yang bertebaran di seluruh Indonesia. Temanya seragam: Tolak kenaikan BBM !us

Baca Juga: Gubernur Khofifah Blusukan ke Pasar Sayur Magetan, Pastikan Harga Stabil dan Inflasi Terkendali

(Megawati Soekarnoputri saat menangis. Foto: suara.com)

Tak cukup spanduk. Para kader PDIP serentak menggelar aksi demo di beberapa tempat untuk menolak kenaikan harga BBM.

“Ternyata itu hanya drama Megawati ya,” kata seorang kiai menyahut. “Buktinya sekarang PDIP -lewat Puan, anak kandungnya sendiri, - malah menjadi partai terdepan dalam mendukung kenaikan harga BBM. Jadi Mega tak pernah pro rakyat tapi pro dirinya sendiri,” tambahnya.

Baca Juga: Pemkab Kediri Beri Bantuan Pada 5 Ribu Pedagang

Masih segar dalam ingatan rakyat Indonesia ketika Megawati menangis di depan publik. Dalam forum resmi PDIP - Rakernas - di Makassar Mega sambil menangis melontarkan kritik atau pernyataan keras yang seolah membela rakyat ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM.

“Banyak rakyat lapar karena tingginya angka kemiskinan, tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," ujar Megawati saat menyampaikan pidato di Rakernas PDI Perjuangan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (27/5/2008).

"Saya sedih melihat rakyat banyak yang menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan tinggi," kata putri Bung Karno itu kemudian.

Baca Juga: Lepas Jabatan Ketua DPRD Lumajang, Ketua Fraksi NasDem DPRD Jatim Apresiasi Sikap Kesatria Anang

Suasa makin dramatis, ketika Megawati terisak. Saat itu air mata Mega tak terbendung. Mengucur. Sampai ia melepas kacamatanya ketika menghapus air mata.

Yang menarik, saat itu bukan hanya Mega yang menangis. Tapi juga Puan Maharani, putri kesayang Mega yang kini ketua DPR RI. Saat itu Puan masih sebagai anggota Fraksi PDIP di Senayan. Ia menangis karena Presiden SBY menaikkan harga BBM. Tangis politik itu kemudian diikuti anggota Fraksi DPDIP yang lain, Rieke Diah Pitaloka dan Ribka Tjiptaning. Air mata mereka berhamburan ketika meninggalkan ruang sidang.

Rieke bahkan beberapa kali tampak melakukan demo dan menyampaikan orasi.  Diantara di depan para buruh.

Baca Juga: Kader dan Simpatisan PKS di Pasuruan Demo Tolak Kenaikan Harga BBM

(Rieke Diah Pitaloka saat orasi menolak kenaikan harga BBM pada era Presiden SBY). Foto: okezone)

Rieke yang saat itu anggota Komisi IX DPR turut serta dalam aksi demo menolak kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik (TDL) di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Baca Juga: BBM Berbahan Limbah Plastik Buatan Warga Blitar Banjir Peminat

"Kaum buruh Indonesia, bangkit, hancurkan tirani!" ujar Rieke dalam orasinya saat itu, Rabu (21/3/2012).

Kini sikap Rieke justru sebaliknya. "Saya tidak lagi bicara dalam posisi menolak atau mendukung kenaikan BBM. Tidak bisa pengelolaan energi hanya ramai saat keputusan BBM naik atau tidak, ke depan ada langkah progresif yang kita tunggu," kata Rieke di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/11/2022).

Karena itu para tokoh, kiai, aktivis dan pengamat dalam grup itu akhirnya berkesimpulan. “Pokoknya saat itu Bu Mega, Puan, Rieke dan Ribka, seolah-olah benar-benar memikirkan rakyat, ternyata hanya drama politik, ” timpal seorang aktivis sambil memberikan tanda emoji tertawa.

Baca Juga: Ringankan Beban Pengemudi Ojol, Kapolres Kediri Kota Serahkan Paket Sembako

Para tokoh, kiai, ulama, dan aktivis itu kemudian berkeyakinan bahwa elektabilitas Puan bakal makin jeblok. “Selama ini hasil survey menunjukkan bahwa elektabilitas Puan paling buncit dibanding capres yang lain. Dengan drama politik ini pasti semakin jeblok. Apalagi ditambah pernyataan Mega tentang langkanya minyak goreng. Ia bukan berjuang untuk membela rakyat tapi malah marah pada ibu-ibu karena tak mencari alternatif lain selain menggoreng,” kata tokoh nasional dalam grup WA tersebut.

“Jangan-jangan setelah buntu nyapres karena elektabitasnya jeblok, lalu sama dengan Luhut yaitu memperpanjangan jabatan Pak Jokowi tiga periode,” kata seorang aktivis menimpali. Lagi-lagi ia menyertakan emoji tertawa.

Seperti diberitakan, pemeritanhan Jokowi akhirnya menaikkan harga BBM. Harga Pertamax yang semula Rp 9.000 per liter kini naik menjadi Rp 12.500 per liter. Sementara kelangkaan solar dan minyak goreng hingga berita ini ditulis belum teratasi. Puan Mahara sebagai ketua DPR RI secara resmi mendukung kenaikan harga BBM itu.  (tim)

Baca Juga: Aksi Demo Tolak Kenaikan BBM di Gedung DPRD Pasuruan Ricuh, Dua Anggota PMII Sempat Diamankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO