NGAWI, BANGSAONLINE.com - Ternyata upaya dari Pemkab Ngawi untuk membendung masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak jebol juga. Hal ini dengan dinyatakannya Kabupaten Ngawi dalam zona coklat akibat ditemukannya beberapa hewan ternak yang terpapar PMK.
Mulai sepekan ini telah ditemukan beberapa hewan ternak yang dinyatakan positif terpapar PMK. Berawal dari laporan dan keluhan warga yang mempunyai hewan ternak yang ditindaklanjuti pengambilan sampling untuk dilakukan uji tes dilaboratorium ternyata hasilnya positif PMK.
Baca Juga: Tampung Masukan Masyarakat, Pemkab Ngawi Gelar Forum Konsultasi Publik Penyusunan SPP
Sebelumnya, sempat hewan rusa yang berada di Taman Wisata Monumen Suryo tiba-tiba mati. Sehingga dari tim penanggulangan PMK Kabupaten Ngawi melakukan pengambilan air liur dari hewan yang berada di penangkaran taman wisata tersebut. Akan tetapi hasilnya ternyata negatif semua dan dinyatakan aman dari PMK.
"Memang awalnya pekan lalu diketahui ada 18 ekor, terus kemarin ada 32 ekor, dan untuk hari ini (Kamis, 16/6/2022) sudah 49 (ekor)," jelas Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Ngawi Bonadi.
Dengan adanya lonjakan hewan ternak yang dinyatakan positif terpapar PMK berujung dengan masuknya Kabupaten Ngawi dalam zona coklat.
Baca Juga: Sampah di TPS Desa Dadapan Numpuk, ini Kata DPPTK Ngawi
Ironisnya, akhir-akhir ini banyak hewan ternak yang diketahui mati secara mendadak yang ternyata bukan akibat dari terpapar PMK. Sedangkan yang dinyatakan positif terpapar mayoritas dalam kondisi hidup.
"Untuk hewan ternak banyak yang mati itu bukan akibat dari PMK," terangnya.
Terpaparnya hewan ternak tersebut akibat penyebaran dari pasar, dan sebenarnya penyakit PMK sendiri tidak menyebabkan kematian. Dan yang diantisipasi terkait penyebarannya yang memang cepat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan penyakit anthrax yang menyebabkan kematian.
Baca Juga: Tekan Angka Pengangguran, DPPTK Gelar ‘Ngawi Job Fair 2024’
Sedangkan yang diketahui telah terpapar PMK di wilayah Ngawi mulai dari sapi, kambing dan kerbau.
"Sebenarnya PMK itu tidak menyebabkan kematian, berbeda dengan penyakit anthrax yang mengakibatkan kematian. Tetapi untuk tingkat penyebarannya, PMK memang cepat. Seperti yang terjadi di Ngawi baru sepekan sudah tembus 49 ekor," pungkasnya. (nal/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News