PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar acara workshop cara menulis dan pembuatan video kreatif di SMPIT Pelita, Probolinggo, Sabtu (17/7/2022). Kegiatan itu bekerja sama dengan Yayasan Pelita Umat dan Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Probolinggo.
Acara itu juga didukung oleh wartawan Probolinggo yang menjadi narasumber.
Baca Juga: Belasan Wartawan Datangi Kantor DPRD Kota Probolinggo, Ada Apa?
Ahmad Taufik Jam'an, Pimred Aula Media TV yang menjadi narasumber dalam acara itu menjelaskan cara pengambilan gambar atau video, serta cara membuat berita yang mengandung 5W+1H.
“Semakin variatif posisi dan gambar yang dihasilkan, akan semakin bagus. Demikian juga sebaliknya. Tidak hanya berlaku untuk video jurnalistik. Untuk youtuber atau content creator, juga sama,” terang Ahmad Taufik memberi tips kepada peserta workshop menulis dan video kreatif di SMPIT Pelita, Sabtu (17/7).
Menurut Taufik, banyaknya gambar yang diambil akan mempermudah dalam proses editing. “Editor mempunyai banyak stok gambar, tidak akan bingung saat editing, sehingga editor lebih leluasa dalam editing,” terang mantan wartawan ANTV Probolinggo ini.
Baca Juga: Pesan Ali Kuncoro saat Pemkot Mojokerto Raih Penghargaan UHC Kategori Utama
Bahkan, lanjut Taufik, tanpa narasi sekalipun, pemirsa akan paham apabila pengambilan gambar dilakukan dengan tepat. Misalnya saat ingin menunjukkan tempat kejadian, cukup mengambil gambar yang menunjukkan alamat. “Bisa gambar papan nama atau penunjuk jalan,” terangnya.
Agar video yang dihasilkan bagus, ada teknik khusus pengambilan sebuah gambar. Misalnya, teknik tilting, yakni, gerakan kamera ke atas (tilt up) dan ke bawah (tilt down). Sementara posisi kameranya tetap.
Baca Juga: Kiai Mutawakkil Alallah Ajak Wartawan Majukan Pendidikan dan Kesehatan
Teknik lain adalah panning. Yakni, gerakan kamera ke kanan atau kiri. Sedangkan kamera tetap di tempat. Panning digunakan, jika gambar tidak bisa masuk semua ke dalam frame.
Dalam wawancara, bisa menggunakan teknik headshot. Yakni, memberikan ruang di atas kepala narasumber yang diwawancarai. Sehingga, kepala narasumber tidak terkesan terpotong.
Taufik juga mengingatkan beberapa hal yang harus dihindari. Misalnya, mengurangi penggunaan zoom. Selain merusak kualitas gambar, video yang dihasilkan terlihat amatir dan membuat pusing penonton. “Hindari backlight dan jangan membiasakan menggukana special effect,” tambahnya.
Baca Juga: Khofifah Sebut Kebaya Sebagai Identitas Bangsa yang Perlu Dijaga dan Dilestarikan
Salah satu peserta mengapresiasi kegiatan itu. Elyn mengaku sangat paham betul dengan gaya dan pengambilan yang diterangkan narasumber. "Ketika kita membuat video, semua dibahas bersama. Dan alhamdulillah, ketika praktik langsung kita langsung paham apa kesalahan kita," ujar Elyn bangga.
Sementara itu, Ketua FLP Cabang Probolinggo, Puspa Indah Puja Hanifah mengatakan kegiatan workshop yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Yayasan Pelita Umat dan Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Probolinggo ini, akan ada tindak lanjutnya. “Nanti ada pertemuan lanjutan untuk pendalaman materi,” terang Puspa.
Untuk kegiatan terakhir workshop, lanjut Puspa, akan dilaksankan Sabtu (23/7). Materinya menulis berita untuk media cetak dan online. (ndi/rev)
Baca Juga: Sukses Turunkan Kemiskinan Ekstrem pada 2023, Bupati Situbondo: Target Zero 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News