MAKASSAR, BANGSAONLINE.com – Kiprah dan keikhlasan Perjuangan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, yang tertuang dalam buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, membuat Nasirudin Rasyid, tokoh Muhammadiyah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), terkesima. Mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Maros dua periode itu bahkan mengaku akan jadi muallaf NU setelah membaca buku karya M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.
“Di buku ini ada judul ‘Tak Ingin Jadi Pengurus NU Tapi Ingin Bermanfaat Bagi NU’. Kiai Asep ini benar-benar tokoh panutan luar biasa. Mulai sekarang saya mengidolakan Kiai Asep. Saya belum pernah menemukan tokoh seperti ini,” kata Nasiruddin Rasyid dalam acara Bedah Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Aula Masjid Al-Yaqin Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Ilmul Yaqin, Tompo Bulu, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), Ahad (7/8/2022).
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Dalam buku itu, Kiai Asep tidak hanya ingin bermanfaat bagi NU tapi juga ingin organisasi keagamaan terbesar di Indonesia itu tak lagi mencari-cari dana dengan cara proposal.
“Stop proposal,” tegas Kiai Asep dalam buku yang sudah di bedah di Palembang, Denpasar Bali, Batam, Sulsel dan pada tanggal 23 Agustus mendatang di Jakarta.
Menurut Kiai Asep, cara-cara mencari dana seperti itu sangat merendahkan martabat NU. Padahal sangat banyak kader NU kaya tapi tak dimanfaatkan secara baik oleh PBNU.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Nasirudin Rasyid pun semakin terpesona. Mantan Kepala SMA Muhammadiyah Maros Sulsel itu - mengakui terus terang bahwa ia langsung tertarik masuk NU setelah membaca profil Kiai Asep yang berjiwa sosial tinggi dan selalu berkorban harta untuk NU yang tertuang dalam buku setebal 424 halaman itu.
“Saya mau jadi muallaf NU,” tegas Nasirudin Rasyid kepada BANGSAONLINE.com usai acara.
“Saya ingin Kiai Asep jadi mursyid saya,” tambahnya.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
(Prof KH Najamuddin dan Dr KH Amirullah Amri. Foto: mma/bangsaonline.com)
Berkali-kali Nasirudin Rasyid mengaku sangat terkesan dengan ketulusan perjuangan Kiai Asep yang tertuang dalam buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu. Apalagi Kiai Asep tiap hari bersedekah. Kiai Asep yang anti proposal itu selalu turun membantu masyarakat kelas ekonomi bawah ketika mengalami kesulitan. Termasuk pada saat pandemi Covid.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
Nasirudin mengaku sangat apresiatif atas terbitnya buku bersampul merah putih, lambang Indonesia dan warna hijau yang merupakan warna khas NU dan Islam itu.
“Mantap. Sangat menginspirasi,” tegas Nasiruddin Rasyid memuji buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan.
Pada Agustus 2022 ini buku tersebut cetak ulang dengan tambahan naskah peran Kiai Abdul Chalim, ayahanda Kiai Asep, sebagai komunikator Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ri dan KH Abdul Wahab Hasbullah saat mendirikan Jami’yah Nahdlatul Ulama (NU).
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Tulisan tambahan itu juga merupakan catatan M Mas’ud Adnan terhadap disertasi Muhammad Al Barra (Gus Bara), putra tertua Kiai Asep, saat meraih doktor di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung pada Juni 2022 lalu.
(Nasirudin Rasyid. Foto: mma/bangsaonline.com)
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Lalu bagaimana tanggapan Kiai Asep? Merespon pernyataan Nasirudin Rasyid itu, Kiai Asep mengaku tulus membantu NU. Bahkan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu mengaku siap biayai NU.
“Bahkan saya siap membantu biaya operasional PBNU. Paling Rp 300 juta atau 500 juta tiap bulan,” kata Kiai Asep yang putra KH Abdul Chalim, salah satu kiai pendiri NU asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat.
Asal, kata Kiai Asep, ketua umum PBNU on the track. Artinya, figur ketua umum PBNU punya akhlak tinggi dan berintegritas, disamping berilmu, sehingga tidak memanfaatkan NU untuk kepentingan pragmatis, baik ekonomi maupun politik.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
“Saat Muktamar NU di Lampung saya mendukung Kiai As’ad Said Ali,” kata Kiai Asep. Alasannya, Kiai As’ad, yang mantan Wakil Kepala BIN dan Wakil Ketua Umum PBNU itu punya akhlak dan integritas tinggi.
“Ilmu agamanya juga bagus,” kata Kiai Asep yang pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur itu.
Bahkan Kiai As’ad punya kemampuan bahasa Arab yang bisa diandalkan karena sekitar 8 tahun bertugas di negara-negara Timur Tengah.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Dalam acara yang dimoderatori Ahmad Zuhri, Wakil Ketua Umum DPP Pergunu dan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, selain dihadiri Kiai Asep juga hadir M Mas’ud Adnan, sang penulis buku.
Menurut Mas’ud Adnan, buku ini selain dibedah di Maros Sulsel, juga telah dibedah di Palembang, Bali, Batam, dan rencananya tanggal 23 Agustus 2022 mendatang akan dibedah di Jakarta.
“Buku ini semula diluncurkan dan dibedah pada Kongres III Pergunu di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu.
Selain Kiai Asep dan Mas'ud Adnan, acara bedah buku itu juga menampilkan Dr Eng Fadly Usman, dosen Universitas Brawijaya Malang dan Wakil Rektor I Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Yang menarik, respon peserta terhadap bedah buku ini luar biasa. Apalagi banyak tokoh agama Maros dan Sulsel hadir. Antara lain Rais Syuriah PWNU yang juga ketua MUI Sulsel, Prof KH Najamuddin.
Tentu saja juga dihadiri Dr KH Amirullah Amri, sohibul ma’had, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Ilmu Yaqin, Tompo Bulu, Maros Sulsel.
Acara bedah buku itu juga dihadiri Ketua PW Pergunu Sulsel, Abd Wahid Thahir dan para pengurus Pergunu yang lain.
Acara bedah buku yang digelar pukul 13.00 WITA hingga sore hari itu memang berkat kerjasama Pergunu Sulsel dan Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Ilmul Yaqin.
Acara bedah buku ini digelar dalam rangka Wisuda Santri Tahfidzul Quran dan peresmian Masjid Al-Yaqin yaitu masjid di bawah PPTQ Ilmul Yaqin.
Dalam acara peresmian masjid itu hadir Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Maros, Chaidir Syam, Ketua DMI Sulsel Mayjen (purn) HM Amin Syam, Kakanwil Kementerian Agama HM Khaeroni, dan para tokoh lain. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News