Dianggap Hina Kiai soal Amplop, Ketum PPP Suharso Dikecam Gus Miftah

Dianggap Hina Kiai soal Amplop, Ketum PPP Suharso Dikecam Gus Miftah Suharso Monoarfa. Foto: detik.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dianggap melakukan kesalahan fatal. Ia dikecam ramai gara-gara dianggap menghina martabat para kiai soal .

"Statemen anda sangat menghina Marwah kiai dan pondok pesantren. Dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kiai, dengan salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kiai," tulis Gus Miftah di akun Instagram pribadinya, @gusmiftah, Kamis, 18 Agustus 2022.

Baca Juga: Mardiono, Sang Triliuner Pimpin PPP, Politisi Petinju atau Karateka, Suharso Masuk Kategori Mana?

"kl toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kiai," tambahnya.

Seperti diberitakan, mengeluhkan adanya keharusan menyediakan usai bertemu para kiai atau ulama saat dirinya melakukan kunjungan ke sejumlah tempat .

Keluhan itu ia sampaikan saat acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terekam dalam akun Youtube ACLC KPK, Kamis (18/6/2022).

Baca Juga: Sempat Hina Kiai dan Singkirkan Kader NU, Suharso Monoarfa Akhirnya Lengser

Semula, Suharso menyindir mantan ketua umum partainya yang tersangkut kasus korupsi. Lalu, Suharso menceritakan pengalamannya bertemu dengan para kiai di pondok pesantren.

"Waktu saya Plt. Saya bertandang ke kiai-kiai besar, ke pondok pesatren besar, ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi," ujar Suharso dikutip dari Suharso mengaku, saat itu dirinya bersama rekan-rekannya menyambangi kiai besar hendak meminta doa. Namun dia tidak menjelaskan detail nama kiai yang dia temui tersebut.

"Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Saya minta didoain, kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dikirimi pesan di WhatsApp, 'Pak Plt, tadi ninggalin apa enggak untuk kiai?, ninggalin apa? Saya tidak tertinggal sesuatu di sana? Mungkin ada barang cucu saya waktu itu yang saya bawa," kata Suharso.

Baca Juga: Ketum PPP dan Menteri Bappenas Suharso Monoarfa Dilaporkan ke Komnas Perempuan

Suharso mengaku saat menerima pesan tersebut belum mengerti maksud dari kalimat meninggalkan sesuatu. Sampai akhirnya dia bertemu dengan orang yang mengirimkan pesan tersebut.

"Oh enggak, ada sesuatu, oh nanti saja, maka sampailah setelah keliling itu ketemu lalu dibilang pada saya, 'gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-baliau itu meski ada tanda mata yang ditinggalkan', 'wah saya ndak bawa, tanda matanya apa? Sarung, peci, Alquran atau apa," kata dia.

Yang dimaksud adalah meninggalkan yang sudah lebih dahulu diisi uang. Suharso menyebut hingga kini hal tersebut masih terjadi apabila bertemu dengan para tokoh agama.

Baca Juga: Ketum PPP Sowan ke Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar

"Kayak enggak ngerti saja Pak Harso ini, gitu Pak. I've provited one, every week. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya, enggak ada nya, pak, itu pulangnya, sesuatu yang hambar," kata Suharso.

Pernyataan Suharso ini kemudian menuai kritik, terutama dari aktivis Nahdlatul Ulama (NU).

Karena itu Wakil Ketua Umum PPP yang juga Wakil Ketua MPR Arsul Sani meminta maaf atas pernyataan Suharso itu. Arsul meminta maaf lantaran perkataan Suharso merendahkan martabat dan menghina para kiai.

Baca Juga: Menteri PPN Resmikan Pusat Oleh-Oleh dan Resto di Batu

"Kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada para kiai dan berjanji bahwa jajaran PPP lebih berhati-hati atau ikhtiyat dalam berucap dan bertindak kedepan agar tidak terulang lagi," ujar Arsul dalam keterangannya.

Arsul Sani mengakui bahwa meskipun dalam pidatonya ketika acara Pendidikan Politik Cerdas Berintegritas di KPK, tidak bermaksud merendahkan atau meng. Namun apa yang disampaikan oleh Suharso itu membuka ruang untuk ditafsirkan sebagai merendahkan para kiai.

"Ini menjadi pembelajaran bagi kami semuanya untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di ruang publik. Tidak boleh lagi terpeleset atau slip of tounge menyampaikan sesuatu yang berpotensi menimbulkan kontroversi, resistensi, atau kesalahpahaman di ruang publik," kata Arsul. (tim)

Baca Juga: Menteri PPN Setujui Wisata Religi Terintegrasi Kota Pasuruan, Siapkan Anggaran Rp 100 M

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO