SURABAYA, BANGSAONLINE.com - DPD Gerindra Jawa Timur memilih napak tilas sejarah resolusi jihad dalam memperingati Hari Santri Nasional, Sabtu (22/10/2022). Napak tilas dimulai dari bangunan bekas Penjara Koblen hingga kantor PCNU Surabaya, yang dahulunya adalah kantor besar NU atau HBNO.
Ketua DPD Gerindra Jatim, Anwar Sadad, mengatakan bahwa peringatan hari ini tidak lepas dari peristiwa resolusi jihad. Karena itulah, Hari Santri Nasional ditetapkan pada 22 Oktober yang bertepatan dengan dicetuskan fatwa resolusi jihad dari Hadratussyeikh K.H. Hasyim Asy'ari.
Baca Juga: Ketua DPRD Gresik Lantik Wahidatul Husnah sebagai Anggota PAW Periode 2024-2029
"Di penjara Koblen ini, KH Hasyim Asy'ari pernah ditahan selama 3 bulan. Beliau kemudian dibebaskan oleh Bung Tomo. Jadi ini tempat yang bersejarah," kata Wakil Ketua DPRD Jatim itu.
Dari Penjara Koblen, Anwar bersama pengurus DPD Gerindra Jatim dan kader Gerindra Surabaya melanjutkan napak tilas ke kantor PCNU Surabaya. Gedung PCNU Surabaya ini, dahulunya adalah kantor besar Nahdlatul Ulama.
Menurut Sadad, kantor NU Surabaya ini punya benang merah dengan resolusi jihad. Di kantor yang terletak di Jalan Bubutan VI Nomor II ini lah keputusan perang suci melawan sekutu dicetuskan.
Baca Juga: Gerindra Yakini Dhito-Dewi Bisa Jadi Perpanjangan Tangan Pemerintah Pusat
"Di kantor ini lah, lahirnya keputusan perang suci atau resolusi jihad. Jadi penting kita napak tilas ke sini," ujar Sadad.
KH Achmad Muhibbin Zuhri, Ketua PCNU Surabaya menyambut baik kedatangan Anwar Sadad bersama puluhan kader dan pengurus partai berlambang garuda ini. Kedatangan para aktivis politik dalam menapaktilasi sejarah resolusi jihad ini sangat ia apresiasi.
Muhibbin menjelaskan, kantor PCNU Surabaya ini adalah situs sejarah yang patut dikunjungi untuk mereka yang ingin menginseminasi semangat perjuangan. Terutama di kalangan anak muda.
Baca Juga: Resepsi Hari Santri Nasional 2024, PCNU Tuban Sukses Gelar Haul Masyayikh dan PCNU Award 2024
"Dari tempat ini lah dicetuskan resolusi jihad yang menghasilkan resonansi perlawan rakyat dalam melawan penjajah. Hingga lahirlah peristiwa monumental, perang 10 Nopember 1945 yang menjadi titik tolak eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia internasional," pungkas Dosen Pascasarjana UINSA Surabaya tersebut. (mdr/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News