Sapi Bantuan di Nganjuk Diduga jadi Bancakan Perangkat Desa

Sapi Bantuan di Nganjuk Diduga jadi Bancakan Perangkat Desa Kandang milik Kelompok Tani Mulyo Desa Kecubung yang juga kosong tanpa sapi. foto: soewandito/BANGSAONLINE

NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Meski menerima bantuan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO), namun kandang milik Kelompok Tani Mulyo Desa Kecubung Kecamatan Pace dan Kelompok Karya Tani Desa Karang tengah Kecamatan Bagor kosong melompong.

Seharusnya, bantuan itu berkembang dan bisa menjadi penopang ekonomi anggota kelompok dalam meningkatkan ekonomi sesuai dengan harapan pemerintah. Seperti diketahui, pada awalnya Kelompok Tani Mulyo menerima bantuan UPPO dari anggaran APBN tahun 2009/2010 sebesar Rp 334 juta. Dalam RAB-nya disebutkan anggaran tersebut dipergunakan untuk pembelian 35 ekor sapi sebesar Rp 224 juta dengan harga masing-masing sapi Rp 6,5 juta,

Baca Juga: Terbukti Potong Dana BOP Masa Pandemi Covid-19, Staf Kemenag Nganjuk Ditahan!

Bantuan pembuatan kandang sebesar Rp 8 juta, serta untuk pembuatan rumah kompos seharga Rp 45 juta, sedang sisanya untuk pembelian alat angkut roda tiga (tossa,red) dan juga untuk pembelian mesin Alat Pengelola Pupuk Organik (APPO).

Dari awal pencairan bantuan tersebut dinilai sudah banyak yang menyalahi aturan. Misalnya, pembelian sapi, pada saat itu harga sapi yang dibeli kelompok hanya berkisar Rp 4 juta.

”Saat itu harga sapi pas murah, jadi masing-masing sapi kisaran harganya hanya 4 juta rupiah,” ungkap salah seorang warga Joko Sugiarto kepada BANGSAONLINE.com.

Baca Juga: Pejabat Jawa Timur Terjerat Kasus Jual Beli Jabatan: Ada Bupati Bangkalan dan Nganjuk

Joko menambahkan, saat perawatan semua anggota kelompok dan pengurusnya seakan cuci tangan. Namun, karena dirinya merasa bertanggung jawab atas bantuan itu maka dialah yang merawat bersama anaknya.

Setelah sekitar satu tahun setengah, dirinya tidak mampu lagi merawat sapi sebanyak itu, hingga akhirnya dia kembalikan kepada pengurus Kelompok Tani.

”Saat kami kembalikan sapinya masih sisa 18 ekor, yang lainnya banyak yang mati, kami juga sudah membuat laporannya,” jelasnya.

Baca Juga: Dugaan Kasus Korupsi Aset Desa, Majelis Hakim Tolak Eksepsi Mantan Kades Kemaduh

Karena saat dikembalikan tidak ada lagi yang mau merawat, oleh pengurus kelompok tani akhirnya dirawatkan warga dengan dibagi-bagi. ”Ada yang merawat satu ada juga yang merawat dua sapi,” tambah Joko.

Hingga saat ini, sapi yang dirawat warga tinggal 13 ekor. Diduga, lantaran kepentingan individu perangkat dan kepala desa, sapi-sapi tersebut dijual.

Hal sama dikatakan Sri Juati. Sama seperti yang ditirukan Joko, sapi-sapi yang dirawat warga sekarang sudah berkurang karena dijual oleh perangkat dan kepala desa.

Baca Juga: Terbukti Korupsi, Mantan Kepala Desa Pecuk Nganjuk Divonis 5 Tahun Penjara

"Kepala Desa Kecubung menjual sapi bantuan ini sebanyak satu ekor yang dirawat Men Londo. Bayan Agus juga menjual satu ekor sapi yang dirawat Tamin. Sementara Supriyadi Ketua Gapoktan Tani Mulyo yang juga Jogoboyo desa setempat menjual sapi bantuan sebanyak tiga ekor sapi," ujarnya.

Juarti yang tak lain istri Joko merasa bingung lantaran sejak suaminya merawat sapi bantuan satu setengah tahun harus nombok terlebih dahulu.

''Kalau sapi-sapi bantuan ini dijual semua maka siapa yang akan menggantikan kerugian saya selama merawat sapi bantuan ini,” keluhnya.

Baca Juga: Dipindah, Bupati Nganjuk Nonaktif Novi Cs Kini Ditahan di Rutan Mangundikaran

Supriyadi Ketua Gapoktan saat dikonfirmasi menjelaskan kalau sapi bantuan itu masih ada, tetapi sekarang sudah berkurang empat ekor karena mati.

”Monggo kalau mau melihat saya antar ke tempat yang merawat,” pungkasnya. (dit/lan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO