SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Keberadaan pohon polay di Kabupaten Sumenep, nyaris punah. Itu disebabkan banyaknya pengusaha pohon polay yang melakukan penebangan tanpa ada penggantinya.
”Sejak dua tahun yang lalu, banyak pengusaha yang melakukan penebangan pohon polay. Bahkan saat ini sudah nyaris punah,” kata salah satu warga Desa Rombiya Barat, Kecamtan Ganding, Sadamih.
Baca Juga: Kompi 1 Yon C Sat Brimob Polda Jatim Tanam Ratusan Pohon di Buffer Zone Alas Simpenan Kediri
Menurut dia, penebangan itu dilakukan setelah adanya kesepakatan diantara pengusaha dangan pemilik pohon polay. Hanya saja setelah dilakukan penebangan tidak ditanami kembali sebagai penggantinya. Pohon polay yang telah dibabat tersebut akan dikirim ke daerah luar Madura yakni ke Bali dan Jakarta. Sementara untuk harga persatu batangnya bervariasi sesuai dengan besar dan kecilnya batang pohon tersebut.
Jika pohon besar bisa mencapai Rp 2 juta per batang. Jika kecil rata-rata hanya sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 1,5 juta.
”Ini juga tergantung model pohon itu sendiri. Kalau besar dan mempunyai model yang bagus, harganya bisa sampai 2,5 juta sampai 3 juta rupiah perpohon,” terang dia.
Baca Juga: Hari Gerakan Satu Juta Pohon, Gubernur Khofifah Ajak Masyakarakat untuk Sedekah Oksigen
Pohon polay bisa hidup di berbagai tempat, baik di daerah hutanan baik hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan. Pohon polay juga bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun di dataran rendah sampai 900 meter dari permukaan laut. Bahkan, pohon polay sering ditanam di berbagai pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias.
Pihaknya menghimbau agar ada perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk melestarikan pohon polay. Sehingga keberadaannya tidak punah. Sebab, pohon polay asal Sumenep di mata masyarakat luar pulau Madura diyakini mampunyai kekuatan yang bersifat religi. Sehingga, keberadaannya sangat dibutuhkan.
Selain itu, keberadaan pohon polay juga diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti penyakit demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, Kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, anemia, kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul, tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), beri-beri, masa nifas dan payudara bengkak karena ASI. (fay/rvl)
Baca Juga: Antisipasi Rawan Tumbang saat Hujan, DLH Kota Mojokerto Intensifkan Pangkas Pohon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News